Tidak biasanya, kemarin cuaca sungguh panas seharian. Dari jakarta hingga depok sinar hangat menyinari kedua wilayah itu. Padahal beberapa hari sebelumnya hujan secara merata mengguyur jakarta dan daerah sekitarnya. Tapi kemarin tidak biasanya, seperti ada maksud yang ingin disampaikan, ada hikmah di balik ini.
Panas menyengat dan orang-orang mulai berdatangan. Stasiun pondok Cina mulai sesak dengan massa yang bercampur. Mahasiswa, pedagang, dan orang-orang berbadan besar dengan linggis di tangan. Terik matahari tidak tertahankan lagi, provokasi orang-orang berbadan besar itu nampak menyulut emosi sebagian pedagang.
Bagaimana tidak?? sumber penghidupan mereka dihancurkan, kios yang selama ini menjadi penopang nyawa dibongkar paksa. Tak ada tawar menawar, hanya linggis dan parang yang berbicara. Sedangkan rekan-rekan mahasiswa tak mampu lagi meredakan amarah dan emosi pedagang, hingga tak kuasa menahan mereka memblokir rel kereta.
Suasana sungguh kacau kawan, polisi pun tak punya nyali. Beberapa orang terkena pukulan bahkan linggis, pedagang dan mahasiswa pun hanya bisa meringis. Panas, ya betul, saat itu sungguh panas, karena memang sudah saatnya kita panas melihat kedzoliman yang sudah jelas. Jika kau lihat kedzholiman, ubah dengan tanganmu, bila tidak, dengan ucapanmu, dan yang terakhir jika kau tak mampu maka cukup dengan hatimu, karena itu selemah lemahnya iman. Dan kami jelas-jelas masih kuat beriman.
Panas hari kemarin diganti oleh sang Khaliq dengan Hujan seharian di hari esok, seolah tahu sudah saatnya mengguyur hati dengan kesejukan. Biarlah kini semuanya terendapkan dulu dengan Rahmat turunnya hujan. Biarlah guyurannya sementara waktu menghapus perih yang dirasa. Jika semua telah kembali tenang, bergerak pun lebih lega tuk dilakukan.
Panas kemarin mengundang panas semua orang, tidak hanya pedagang, para penumpang yang terlunta turut merasakan, emosi mereka tersulut. Tapi setidaknya panas kami berbeda kawan, karena panas kami jelas punya maksud dan tertulis jelas dalam syariat.
Untuk Kalian yang terus berjuang.
demoooo tolol merugikan orang banyak bego,,,
ReplyDeleteratusan ibu2 hamil ga bisa pulang tolol,,
pedagang2 pikulan bingun pulang gmna,,
dasar otak tolol
terima kasih..saya memang masih perlu banyak belajar.
Deletemaaf ya kawan anonim,saya rasa anda terlalu bodoh menyimpulkan kalo demo itu merugikan orang lain,masalah ibu2 hamil n pedagang pikulan nggak bisa pulang saya rasa mereka masih bisa menggunakan jasa angkutan umum kok baik mobil kecil maupun bus 3/4....jadi berhentilah beranggapan kalo demo itu merugikan orang lain padahal dalam kasus pedagang yg ada di dekat stasiun kereta api baik itu pondok cina n lainnya merekalah yg dirugikan oleh PT.KAI secara sepihak,apalagi selama ini mereka membayar iuran bukan........jadi pertanyaannya kalo mereka tidak melakukan demo apakah mereka bisa makan ??? cobalah berpikir dengan menggunakan akal sehat........wkwkwkwkwk......bagooosss ;)
Deletekalo anonim yang diatas ini berbeda.. hehe
DeleteJangan cuma bilang pakai aja angkutan yang lain, harusnya lw bayarin juga tuh ongkos mereka ke bogor karena rel-nya kereta di blokir. Kan sama aja toh, kalian demo karena KAI gak mau ganti rugi. Penumpang kereta juga gtu, aksi kalian merugikan mereka. Lain cerita kalau kalian bayarin ongkosnya tuh penumpang kereta satu-satu. Menyelesaikan masalah tidak harus dengan membuat masalah baru. Maaf klo pendapat saya salah, kareana saya mungkin gak se-PINTAR kalian anak-anak UI....:D
Deleteini bahasanya "Anonim" menandakan dia orang cerdas sepertinya
ReplyDeleteorang cerdas kalah sama wong bejo.. #ngiklan
DeleteIngin menangis rasanya sepanjang buka TL twitter kemarin. Sayang saya sudah bukan mahasiswa UI lagi, hanya bisa kirim doa dari jauh. Teruskan perjuangan kalian.
ReplyDeleteWork for a cause, not for applause. Live Life to express, not to impress. Don't strive to make your presence noticed, just make your absence felt. -Paulo Coelho
sayapun juga baru bisa mengirim doa dari jauh, mari kita bantu dengan kontribusi yang lain, walau hanya dengan menyebarkan kebenaran, berita yang sebenarnya, yang bukan dibumbui fitnah..
Deletesaya rasa demo diperlukan, ya sangat diperlukan untuk mengoreksi dan mengontrol kebijakan dan kinerja pemerintah yang kita rasakan kurang bijak dan kurang kerja.
ReplyDeletenamun, memang benar akan merugikan serta mengurangi simpati rakyat yang mahasiswa bela, jika demo yang dilakukan dengan cara menahan atau mendukung pihak lain untuk menahan kereta untuk tidak beroperasi.
ibu-ibu hamil memang bisa menggunakan moda angkutan lain selain kereta api, tapi apa akan selalu semudah itu?
ibu-ibu hamil yang sering saya lihat dikereta, mereka agak jarang ditemani kerabat, atau keluarga ketika berkereta.
belum lagi jika mereka hanya mempersiapkan uang yang pas-pasan untuk tiket kereta.
jadi saya agak kasihan lihat ibu-ibu itu harus mengantri berpanas-panas dijalan menunggu angkot, atau bahkan dia bingung harus naik angkot apa, turun dimana, dan dilanjutkan dengan apa lagi, dan akan berapa kali.
iya, ibu hamil itu punya mulut untuk bertanya harus naik apa dan turun dimana.
begitu juga dengan kita para pejuang yang membela kepentingan rakyat, yang punya hati dan pikiran untuk berpikir, bagaimana demo yang efektif tanpa merugikan orang lain.
tulisan ini tidak hanya ditujukan untuk membela ibu-ibu hamil. saya yakin, dikereta itu pasti ada yang punya keperluan yang penting, apakah itu pekerjaan, menjenguk keluarga, seseorang yang menjadi topangan hidup keluarganya yang baru akan di-interview, dan banyak lagi yang tidak terpikirkan oleh kita.
sayapun pengguna KRL sudah muak dengan sikap pemerintah.
kita dianjurkan untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi, dan dianjurkan untuk menggunakan kendaraan umum.
namun, ketika kita bergumam ketika harga tiket dinaikkan, dan muak dengan desak-desakkan. Direktur Pemasaran PT KAI Sulistyo Limbo malah berkata "... Kalau nggak setuju jangan naik kereta ..."
http://news.detik.com/read/2012/07/05/123713/1958282/10/pt-kai-kalau-nggak-setuju-tiket-commuter-line-naik-jangan-naik-krl
kita sudah merasakan kenaikan harga sejak 1 oktober 2012, namun hingga sekarang masih desak-desakkan.
note: kita orang-orang cerdas, kreatif, dan punya hati, apalagi mahasiswa..
saya yakin, pasti bisa menemukan cara berdemo yang tepat sasaran, efektif, tanpa atau setidaknya minim "collateral damage".
mohon maaf & terima kasih