Sruput kopi pagi edisi #banjir
Benhil, 17 Januari 2013, 15.14
Saat tulisan ini dibuat saya sudah mengungsi ke kantor. Berenang dengan
pelampung, dibantu oleh tim evakuasi. Di sini saya sementara waktu
berbenah untuk nantinya kembali lagi ke petamburan. Di kantor pun
sepi,pimpinan cabang mengambil kebijakan untuk meliburkan kantor hari
ini,karena kondisi yang tidak memungkinkan. Listrik mati dan banjir menghadang dimana-mana. Untungnya air pam masih hidup sehingga sayapun berkesempatan untuk mandi dan membersihkan diri.
Hari ini saya belajar banyak kawan, betapa rahmat Allah seketika dapat
berubah menjadi bencana. Hujan yang seyogyanya membawa saripati
kehidupan lambat laun jadi sesuatu yang mengerikan,terutama bagi
penduduk petamburan.
Tidak melulu masalah sampah dan drainase
yang bermasalah, karena dua hal itu sudah pasti menjadi penyebab banjir
di jakarta. Tapi di luar itu mindset dan perilaku penduduknya yang
sebenarnya perlu diperbaiki. Karena jika hal itu telah beres,masalah
banjir pun insyaAllah akan cepat tertangani.
Mindset penduduk
jakarta khususnya petamburan,adalah mindset 'yang penting hidup gw
nyaman,dan persetan dengan yang lain'. Jadi tak heran lahan yang
semestinya jadi jalur pembuangan air kotor (got) dibangun permukiman,
dan itu terjadi persis di depan rumah nenek saya. Bantaran sungai
ciliwung yang seharusnya jadi daerah resapan air,dijadikan tempat
pemancingan.
Perilaku orang-orangnya pun tak jauh beda,yang
mungkin membuat Sang Khaliq geregetan. Ah tak perlu lah saya buka
perilaku orang-orangnya,karena mau tidak mau saat ini sayapun menjadi
bagian dari mereka yang belum bisa memberikan banyak perubahan berarti.
Banjir kali ini bukan semata sebuah siklus 5 tahunan. Ada banyak maksud
dan sepercik pelajaran di sana. Setidaknya membuat kami sadar bahwa
manusia itu lemah dan kecil, perlu bantuan sesama dan pastinya
bantuan dari Yang maha pemberi pertolongan.
*ditulis lewat hape, repost dari Facebook saya.
No comments:
Post a Comment