Sunday 8 March 2009

Sebuah dialog 2

Di suatu daerah terdapatlah sebuah masjid yang kini nasibnya semakin mengenaskan. tak hanya sepi dari jamaah tapi kondisi fisiknya pun mengenaskan. lalu tersebutlah seorang pemuda yang setiap hari selalu datang ke masjid itu. meski sepi si pemuda ini tetap semangat melakukan sholat berjamaah walau terkadang tak ada satupun jamaah yang menemaninya.

Berita tentang ke-istiqomah-an pemuda ini terdengar hingga ke telinga seorang pejabat pemerintah di daerah itu. Si pejabat hendak memberi hadiah pada si pemuda ini karena kekonsistenannya dalam melakukan sholat berjamaah.
lalu suatu hari si pejabat menemui si pemuda di masjid itu.

si pemuda: X
Si pejabat : Y

Y: Wahai pemuda, mintalah kepadaku kebutuhan-kebutuhanmu
X: aku malu di rumah Alloh memohon kepada selain Alloh

mendengar itu si pejabat menunggu si pemuda hingga ia meninggalkan masjid

lalu di luar masjid

Y: sekarang engkau sudah diluar masjid, maka mintalah apa saja yang engkau inginkan
X: dari kebutuhan duniawi atau akhirat
Y: dari kebutuhan duniawi
X: aku tidak meminta kebutuhan-kebutuhan duniawi dari Yang Memiliki dunia. bagaimana mungkin aku meminta pada orang yang tidak memiliki dunia

seketika si pejabat termenung..
semenjak itu ia bersumpah tidak akan menilai sebuah ibadah dan penghambaan pada Alloh dengan materi yang nilainya tidak seberapa. bila dibandingkan kepemilikan Robbul Alamin di alam semesta ini.

7 comments:

  1. Subhanallah..
    Jazakumullah Khairan For Sharing gar..

    ReplyDelete
  2. ah nggak banget ...

    seandainya begitu ya wajar tuh mesjid gak karuan ... kondisi mengenaskan mesjid itu dah cukup menggambarkan gimana si pemuda.

    saya malah berpikir kebalik, koq seolah2 pejabat ini yang dihinakan, padahal dia hanya punya niat baik memberikan reward kepada pemuda ini.. dan pemuda ini sama ngawurnya masalah aqidah ..., benar bahwa Allah yang memberi, tapi Allah jg mensyaratkan agar manusia itu berusaha dan memanfaatkan potensi2 yang ada ... belum lagi dari sudut pandang islam, dalam hadits shohih, Allah itu indah dan mencintai keindahan, juga dikatakan "kesucian [bukan an-nazhof tap ath-thohir, ] adalah sebagian dari iman"maka kalo mesjid itu bobrok, tentu amin mesjid itu sudah meninggalkan aspek keindahan ini ... adapun meminta kepada manusia itu dipahami harusnya sebagai usaha, bukan sebagai tempat pengharapan ... karena Allah lah yang menggerakkan hati manusia, dan Allah-lah tempat yang paling atas kita meminta. dan kalo manusia yg diminta itu gak memberi ya udah jangan bergantung, diusahakan lagi ke manusia lainnya ... kita juga dapat memohon kepada Allah agar melembutkan hati manusia yang tidak menerima permintaan tolong kita, atau berdoa kepada Allah agar ada orang yang menolong kita .. maka Tuhan juga mengajarkan kita agar bertebaran di muka bumi mencari rizki Allah, kemudian juga untuk berdagang....

    kalo kita sepakat sama cerita di atas, ya udahlah jangan pernah meminta tolong apapun pada orang lain, jangan pernah berdagang juga, kenapa karena pada waktu berdagang kita saling mengharap orang membeli barang kita, dan orang juga berharap kepaada kita menjual barang itu dengan harga yang pantas, maka ketemu lagi kita dengan bab minta-meminta ...

    intinya pesan moral cerita ini mungkin baik, bahwa Allah-lah satu2nya tempat bersandar, tapi ceritanya sendiri tidak.

    seandainya si pejabat mungkin mengatakannya dengan "apa yang bisa saya bantu ?" jgn2 si pemuda juga jawab gini lagi "bagaimana saya meminta bantuan dari orang yang butuh bantuan ...sedangkan saya tidak meminta bantuan dari yang Maha Membantu Segala Urusan" sebagai pembaca cuma bisa ngomong capeeeeeeeeee deh. peace gar !

    ReplyDelete