Agaknya euforia ideologis kerap kali muncul ketika fase-fase awal sebuah -isme berdiri. Suatu semangat ketertarikan menggebu ketika ada paham baru yang timbul. Ibarat seorang anak kecil yang baru bisa naik sepeda, ia begitu gembira sampai-sampai tak ada hari tanpa bermain sepeda.
Setali tiga uang dengan -isme yang muncul di Jerman pada dekade awal abad 20. Hitler dengan sempurnanya menyusun sebuah paham yang menggelorakan benih-benih chauvinis di dada rakyat Jerman. Ia menghipnotis hampir seluruh penduduk Jerman dengan doktrin ras arya-nya. Yang mengatakan bahwa ras arya adalah ras terbaik di dunia, dan rakyat Jerman adalah pewarisnya. Sehingga setiap bangsa yang tak jelas rasnya, harus dimusnahkan agar tercipta tatanan baru masyarakat dunia. Doktrin ini disampaikan setiap kali ia memiliki kesempatan untuk berpidato. Dan seperti yang telah saya katakan di awal tulisan, terjadi semangat menggebu atau euforia ideologis dari sebagian besar rakyat Jerman atas doktrin yang diberikan Hitler.
Konsekuensi atas euforia ideologis ini adalah terjadinya penindasan pada salah satu ras ataupun suku bangsa. Salah satunya, seperti yang telah kita ketahui bersama, bangsa Yahudi. Ketika itu di masa-masa awal berdirinya -isme ras arya, rakyat Jerman hampir sebagian besar menolak kehadiran seorang yahudi di daerahnya. Kalau kita menonton film the pianist mungkin agak sedikit menggambarkan bagaimana suasana pada masa itu (walaupun film itu sendiri masih jadi kontroversi).
Lalu suatu ketika dimasa-masa itu terdapat lah seorang pemuda yahudi yang baru saja datang dari Jerussalem. Meski telah diperingatkan secara terperinci oleh sanak keluarganya disana bahwa Jerman sedang tidak aman bagi orang Yahudi. Ia tetap bersikeras menuju Jerman untuk urusan niaga. Dan dengan santainya ia berjalan-jalan di sebuah daerah di jerman. Yang celakanya adalah salah satu tempat dimana penduduknya begitu eksterim dalam memahami -isme ras arya Hitler. Ditambah dengan pakaian khas Yahudi lengkaplah sudah ancaman terhadap diri pemuda itu.
Maka, tak menunggu waktu lama sebagian besar penduduk pun mulai mengurungnya dan mengatakan "bunuh dia! gantung dia! dia orang Yahudi yang kotor". Pemuda itupun terkepung dan seketika teringat akan peringatan dari sanak saudaranya di Jerussalem. Ia pun sedikit menyesali mengapa ia begitu bodoh tidak menghiraukan peringatan itu. Kini, tidak mungkin baginya menyelamatkan nyawa. Akhirnya dengan memberanikan diri, ia berkata kepada kerumunan orang itu.
"wahai orang Jerman yang mulia, keturunan ras arya yang hebat! kalian ingin membunuhku karena aku orang Yahudi bukan?? tidakkah cukup bagiku hukuman karena aku dilahirkan bukan sebagai orang Jerman??"
Mendengar ucapan pemuda itu, kemarahan dan kebencian orang-orang Jerman itupun mereda. Bahkan mereka gembira mendengar ucapan pemuda itu yang merendah. Pemuda itu pun selamat dari maut.
Untung saja ia diberikan kelihaian para leluhurnya (baca alquran ataupun kitab-kitab agama samawi banyak keterangan tentang kelihaian bangsa Yahudi), kalau tidak mungkin saja kini ia telah mati ditangan orang-orang Jerman itu.
P.S :
Cerita tentang pemuda yahudi itu fiksi belaka, jika ada kesamaan nama tempat dan alur kejadian itu hanya kebetulan semata..hehe..
Pinter banget ka ngarang ceritanya,dikirain beneran:D
ReplyDeleteSatu hal yang harus kita pelajari dari mereka..
ReplyDelete