"aku menabung sedikit demi sedikit demi membeli manisan ini wahai Khalifah"
mendengar hal itu Khalifah Abu Bakar segera mendatangi pengurus baitul Mal dan berkata
"Demi Alloh kurangi gajiku, sebesar sekian dan sekian. Karena dengan gajiku sekarang, istriku masih dapat berhemat untuk membeli manisan."
Atau suatu saat dikala Umar menyita sendiri seekor unta gemuk milik puteranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan bersama di padang rumput milik Baitul Mal. Atau bahkan ketika Umar menyita kalung Istrinya dari hasil hadiah negara sahabat, meski istrinya berdalih bahwa kalung itu pemberian pribadi. Umar menjawab, apakah anda akan diberi hadiah kalau bukan Istri khalifah ?
***
Ah..sungguh indah mendengar kisah mereka. Tak pernah bosan walau mungkin berulang kali diceritakan. kisah Abadi tentang kesederhanaan dan amanah dari seorang pemimpin.
karena Begini lah seharusnya pemimpin, karena pemimpin itu khadimul ummah, atau terjemahan bebasnya pelayan umat atau rakyat. Sebagai pelayan sudah barang tentu tak lebih bersahaja dari yang dilayani. Karena ia dibiayai oleh rakyat selaku pemilik modal untuk melayani rakyat.
Itu bila kita bermain dalam tataran logika praktis. Tapi kenyataannya banyak hal yang mungkin menjadikan sang pelayan justru lebih bersahaja dari si majikan (baca:rakyat). Beberapa orang berkata ini kebutuhan untuk menjalankan amanah, beberapa orang lainnya menganggap ini sebuah kesempatan untuk memperkaya diri, dan sedikit yang berkata kami butuh fasilitas, tapi secukupnya saja.
Berikut daftar beberapa orang yang sedikit itu di era modern saat ini.
1. Mahmoud Ahmadinejad
Sosok yang satu ini mungkin tak asing lagi bagi kita,
a. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
b. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.
c. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.
d. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
e. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.
f. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.
g. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinyaseorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.
Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.
h. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.
i. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.
j. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.
k. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.
2. Lech Walesa
Lech Walesa adalah tukang listrik yang ikut memimpin perjuangan kaum buruh menggulung partai komunis di Polandia. Ia lalu jadi presiden Polandia di tahun 1990. Pada tahun 1995 Walesa kalah dalam pemilu dan turun dari jabatan presiden. Ia kembali jadi buruh, jadi tukang listrik di galangan kapal Gdansk dengan gaji kira-kira 500.000 rupiah sebulan. Ketika ditanya kenapa kembali jadi tukang listrik, sang mantan presiden memberi alasan: masih terlalu muda untuk pensiun dan tidak punya cukup uang untuk hidup. Hikmah dari drama Walesa: alangkah wajar dan bersahajanya kekuasaan kepresidenan dipandang dan diperlakukan di Polandia. Presiden yang tadinya sangat "di atas", ketika selesai, bisa (dan mau) "alih profesi" menjadi buruh yang sangat "di bawah". Walesa bukan hanya berlenggang turun dari kepresidenan dengan jumlah isi "dompet" yang tidak melar membengkak (tidak punya cukup uang untuk hidup sehingga perlu jadi tukang listrik), melainkan juga kembali ke "khitah"-nya semula, sebagai buruh, tanpa ada beban post-power syndrome.
3. Ferdinand Lugo Mendez
Ini yang terbaru. Seolah menegaskan pada dunia bahwa masih ada pemimpin idaman tak cuma impian di cerita-cerita lampau. Ia adalah presiden Paraguay terpilih. Gaji presiden Paraguay adalah sebesar 4.000 dolar AS atau sekitar Rp.37 juta per bulan. Sangat kecil dibandingkan gaji anggota DPR-RI, yaitu sebesar Rp.49 juta per bulan. Dan makin kecil lagi dibandingkan gaji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekitar Rp.150 juta per bulan.
Yang membuat mengagumkan adalah ia menolak mendapat gaji, pengagum pemikiran Bung Karno ini akan benar-benar menjadi relawan di tampuk kekuasaan Paraguay. Lugo akan menjadi satu-satunya pimpinan negara di dunia yang murni volunteer alias bekerja tanpa mendapat upah.
Memang, dia naik ke puncak kekuasaan di negara itu, berkat dukungan kaum miskin, terutama para petani tanpa tanah dan serikat buruh. Mungkin keputusannya itu adalah wujud solidaritas paling nyata kepada kalangan miskin, yang mencapai 35,6 persen dari total populasi.
Lalu yang jadi pertanyaan adalah...
Kapan Indonesia punya pemimpin-pemimpin seperti ini??
hm..
entahlah..
Sumber
http://ayomerdeka.wordpress.com/2008/08/20/presiden-pertama-di-dunia-yang-menolak-digaji/
http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=profil&detail=artikel&detail=dir&id=136
Tapi orang-orang seperti itu ada di negeri ini..bukan di negeri dongeng..dan mereka jauh lebih mulia...
ReplyDeleteןɐuoıssǝɟoɹd uɐp ıןnpǝd 'ɥısɹǝq 'ןıpɐ ƃʎ uıdɯıɯǝd uɐʞƃuɐʇɐpuǝɯ ʞɐpuǝɥǝʞɹǝq ɥɐןǝʇ ɥɐןןɐ ɐןıq uıʞƃunɯ ʞɐpıʇ ƃʎ ɐpɐıʇ
ReplyDeletemerinding euy bacanya...
ReplyDeletetfs...
coba angkat juga tentang pemimpin-pemimpin HAMAS dong gar, yang udah ketauan akidahnya juga bersih, mereka juga ngga kalah kok
ReplyDeletesepakat sama ka fajar, disini juga banyak ko..cuma ga terekspos dan tertutup banyak fitnah aja..fitnah kepemimpinan, sunnatullah buat orang-orang yang diamanahkan di posisi strategis.
ReplyDeletesepakat juga ama pemi,,
anyway, thanks for sharing ya gar..