Sunday, 27 July 2008

Mereka Yang Menukar Ayat-AyatNya Dengan Murah??

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya tidak menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
(Al A’raaf :12-15)

Benar, Iblis telah memilih. Diantara banyak pilihan saat ia ditahbiskan menjadi makhluk paling taat setelah malaikat, ia memilih menjadi pembangkang. Ketika kita teringat akan banyaknya pembangkangan di muka bumi ini, dan tertawa melihat drama memilukan atas nama revolusi. Maka segarkanlah kembali memory kita. Ada sebuah pembangkangan yang lebih dahsyat selain pembangkangan para penerus Adam. Pembangkangan pertama yang tercatat dalam buku sejarah alam semesta. Jadi?? Pembangkangan manusia tak seberapa dibandingkan pembangkangan Iblis pada Tuhannya.
Dan kini ia adalah makhluk yang diberi pertangguhan, dikekalkan untuk menguji iman anak cucu adam.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al Mulk : 2)
Ya, kehidupan abadi yang dirasakan iblis merupakan bentuk nyata dari sebuah ujian. Sepanjang hayat masih dikandung badan, iblis kan terus menjalankan misinya. Menyesatkan umat manusia sebagai bentuk pelampiasan rasa dendamnya pada Adam. Iblis menggunakan tipu muslihat yang beragam. Dengan berbagai sarana, strategi dan kemungkinan yang ada ia menugaskan bala tentaranya untuk menjerumuskan umat manusia. Kini Iblis nampaknya telah menemukan sarana yang ampuh untuk mewujudkan visinya. Berbekal sedikit pemahaman tentang kecenderungan manusia untuk saling mencintai sesamanya.

Atas nama cinta manusia rela berkorban. Atas nama cinta seorang ayah rela bersusah payah demi anaknya. Atas nama cinta seorang ibu rela terjaga tiap malam untuk menenangkan sang buah hatinya. Atas nama cinta manusia mampu berbuat diluar batas kemampuannya. Begitulah cinta, men-drive manusia untuk terus bekerja. Mendorong manusia untuk menyadari hakikat dirinya sebagai hamba yang dhoif. Sebuah anugerah yang tak terkira nilainya dari sang maha pencipta.

Tentunya anugerah ini tidak digunakan seenaknya, sekehendak hati manusia. Ada koridor yang berlaku dalam penerapannya. Termaktub dalam Al Quran dan Sunnah yang menjadi pedoman hidup setiap muslim. Agar cinta tak tercemar nafsu syahwat yang rentan menyerangnya. Maka alangkah sedihnya ketika melihat seorang muslim mengatasnamakan cinta sebagai landasan dalam memuaskan hawa nafsu mereka. Naudzubillah

Tapi inilah realita yang terjadi. Boomingnya term-term dan istilah cinta yang bernafaskan islam seolah menjadi komoditi non-migas yang prospektif. Terutama bagi sebagian orang yang jeli melihat peluang ini. Dengan sedikit modifikasi, cinta yang sebelumnya rentan berselimut syahwat, kini sedikit demi sedikit mulai terbalut nafas-nafas islam. Tetapi syahwat tetaplah syahwat, meski dibungkus dengan pakaian yang indah sekalipun, busuknya kan tetap tercium. Tak kan bisa dipadukan antara yang hak dan yang batil, dan takkan bisa disatukan antara syahwat dengan wahyu.

Begitu jengah mata ini melihat adegan dua insan yang syahdu memadu kasih. Dalam sebuah tayangan salah satu stasiun TV. Beralaskan permadani dan berbalut pakaian islami mereka nampak sangat menikmati indahnya menjalin hati. Sungguh indah jika hal ini telah diikat dengan tali pernikahan yang barokah. Namun, justru sebaliknya ikatan itu belum sempat terucap dalam akad yang sah. Ditambah dengan bumbu-bumbu penyedap seperti kalimat-kalimat thoyibah yang keluar dari lisan mereka membuat hati ini miris. Inikah yang Alloh dan RasulNya ajarkan tentang etika antara dua orang insan, lelaki dan perempuan??.

Miris, tetapi hati ini tetap (berusaha) berbaik sangka. Mungkin masih zamannya sebuah kebenaran disampaikan dengan cara berbeda. Dengan mencampur adukkan antara hak dan yang batil. Jika benar, alangkah sia-sianya usaha para da’i yang sedari dulu mendakwahkan islam. Usaha mereka seolah tak berarti dan menguap seiring berkembangnya usaha para penjual ayat-ayatNya.
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu (At Taubah: 9).

Maka berhasillah usaha Iblis untuk menyesatkan anak cucu adam. Hanya manusia-manusia terpilih yang dapat selamat dari tipu dayanya. Manusia-manusia yang mendapatkan Rahmat dari Robb semesta alam. Tidak bagi sebagian orang yang tergoda bujuk rayu Iblis.
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).(al A’raaf:17)
Tetapi tidak dari atas, karena rahmat Allah kan selalu tercurah pada mereka yang ikhlas dalam menjalankan perintahNya.
Allohu'Alam




Sunday, 20 July 2008

Jalan-jalan Ke rumah Bibi terus Nonton Film Batman terbaru : The Dark Knight.

Hari ini, saya mencoba “melarikan” diri dari asrama. Seharian saya tidak di sana karena mungkin, ingin sejenak menghilangkan kesan sentimentil yang kini merebak. Maklumlah, ketika ada 25 orang yang disatukan tempat tinggal selama dua tahun (dengan berbagai macam program) , setidaknya sebuah ikatan telah terbentuk. Ikatan emosional yang secara eksplisit memang tidak terlihat. Nampaknya masing-masing penghuni asrama pandai menyembunyikan perasaan mereka, namun tidak pada saya. Alih-alih ingin terlihat biasa saja membuat saya tak tahan dan akhirnya pergi ke tempat bibi di Jakarta.

Maksud kedatangan saya kesana memang sekedar tuk melepaskan sedikit beban di hati. Tidur ataupun nonton TV di kamar tamu. Namun tak lama sebuah tawaran datang. Saudara sepupu saya beserta buah hatinya mengajukan sebuah klausul. Mengajak saya untuk menemani mereka berjalan-jalan sambil nonton film di Mall Slipi Jaya Petamburan Jakarta. Kalaulah bukan karena tidak enak hati, mungkin saya akan menolak tawaran itu. Lebih nikmat nampaknya tidur ataupun nonton TV di kamar Ber-AC sembari memikirkan topik skripsi yang masih mengambang tak tentu arah. Namun akhirnya kami berangkat pukul 2 siang, dengan agenda nonton film Batman terbaru “The Dark Knight”.

Film ini berdurasi 2,5 jam. Cukup panjang untuk sebuah film ber-genre action fiction. Dimulai dengan adegan perampokan Bank di kota Gotham oleh kawanan penjahat berkostum badut. Mereka dengan sebuah strategi yang matang berhasil membobol sistem keamanan bank yang berlapis. Efektivitas dalam menjalankan rencana adalah kunci keberhasilan mereka. Dimana mereka saling berkomunikasi secara efisien tanpa mempermasalahkan siapa yang memberi komando, sebuah sistem anarki. Singkat kata mereka berhasil membawa hasil rampokan berjumlah jutaan dollar.

Namun, ada yang unik, sebuah kawanan yang tadinya bahu membahu membobol bank, satu per satu mati di tangan kawan-kawannya sendiri. Solidaritas yang dibutakan oleh gemerlapnya hasil rampokan membuat mereka gelap mata. Hingga akhirnya tersisa dua orang yang saling berhadapan. Mereka saling mengarahkan senjata masing-masing. Tapi seperti film-film aksi umumnya sang penjahat utama yang menjadi lakon dalam film ini memenangkan duel. Joker yang dengan elegan keluar seorang diri dari bank tersebut sambil memakai bis sekolah untuk berkamuflase, berbaur dengan bis sekolah lainnya yang akan mengantarkan murid-murid ke rumah mereka masing-masing. Polisi seperti biasa datang di akhir adegan dengan tangan kosong menatap kegagalan yang ke sekian kalinya mereka dapatkan.

Sepertinya “The Dark Knight” memunculkan Joker sebagai “tokoh utamanya”. Entah mengapa ulasan saya di atas benar-benar menunjukkan kualitas Joker sebagai pemegang kendali atas setiap peristiwa. Tidak hanya di awal adegan tetapi di sepanjang film. Joker menjadi pendikte ulung atas setiap tindakan yang dilakukan oleh Bruce Wayne alias Batman dan beberapa satuan polisi Kota Gotham. Tindakan yang dilakukan oleh Batman seolah hanya reaksi atas sebuah stimulus yang dimunculkan Joker. Dan seperti biasa Batman menanggapi “tantangan” Joker itu dengan tindakan heroik untuk menyelamatkan kota Gotham.

Hipotesis saya bahwa joker adalah “tokoh utama” dalam film ini semakin terlihat. Ketika dengan sangat lihainya Joker memperalat Harvey Dent, Jaksa Penuntut Umum Wilayah. Padahal di awal film, Harvey adalah salah satu karakter yang secara jelas memposisikan diri sebagai tokoh Protagonis. Harvey Dent, Seorang ksatria "putih" dengan berbagai kebijakan hukum yang membuat para gembong penjahat kota Gotham bertekuk lutut. Bahkan Batman pun mengakui hal itu.

Tapi dengan berbagai tipu daya dan uraian kata yang manipulatif Joker dapat membujuk Harvey untuk menjalankan keinginan Joker. Penyebabnya adalah Rachel wanita yang disayanginya tewas dalam ledakan yang dirancang Joker. Membuat Harvey kehilangan akal dan membalas kematian Rachel atas pihak-pihak yang bertanggung jawab, salah satunya pihak kepolisian. Saya melihat ini merupakan capaian yang sempurna bagi Joker sang "tokoh utama". Dimana Joker secara lihai memutar fakta dan berhasil meyakinkan Harvey bahwa pihak kepolisianlah yang bersalah, bukan Joker.

Tak hanya itu, ada beberapa lagi peristiwa yang menunjukkan kebenaran hipotesis saya. Lepasnya Joker dari penjara wilayah, menawan beberapa warga sipil, meledakkan rumah sakit umum Gotham, meluluhlantakkan jaringan komunikasi kota adalah beberapa hal yang menunjukkan kedigdayaan Joker sebagai “tokoh utama”. Lalu dimana Batman?

Seperti biasa, layaknya film-film Hollywood lainnya yang menceritakan tokoh superhero, Batman larut dalam kesedihan akan rasa bersalah. Ia merasa tak berhasil menyelamatkan Rachel (wanita yang juga disanyangi Harvey), kekasihnya, yang tewas dalam ledakkan. Konflik batin yang timbul dalam adegan memang seolah menunjukkan betapa berat perjuangan yang dihadapi oleh sang pahlawan. Namun bagi saya ini menunjukkan betapa rapuhnya sang pahlawan. Ketika ia dituntut untuk dapat sempurna dalam perjuangannya sebagai seorang ‘single fighter’ ia tidak mampu mengatasi problem yang ada pada dirinya sendiri. Bahkan justru lari dari kenyataan dan mengeluarkan statement penyesalan dan pengakuan akan kekalahan di akhir film.

Memang, akhirnya, Joker tertangkap dan seolah Batman telah berhasil menjalankan tugasnya. Tetapi berbagai rancangan strategi yang direncanakan Joker jauh lebih berkesan dibandingkan berbagai tindakan reaktif yang dilakukan Batman. Tentu saja ini bukan sebuah pembenaran akan tindakan Joker yang melanggar hukum. Namun, dengan sebuah perencanaan yang hebat seorang superhero dapat ditaklukan oleh seorang penderita gangguan jiwa yang trauma akan masa kecilnya. Film inipun menunjukkan kepada kita bahwa menjadi single fighter tidaklah menyenangkan apalagi dapat dikatakan hebat. Beban yang dipikul sendirian dan enggan untuk dibagi bersama lebih banyak menghasilkan kemudharatan dibandingkan bila kita bersama-sama dalam satu barisan.

Overall, film ini setidaknya memberikan sebuah penegasan bahwa

Film-film Hollywood selalu sama, pahlawan ‘single fighter’ such as Batman, Superman, Spiderman, dan man-man lainnya yang larut dalam permasalahan mereka sendiri.

        

Saturday, 19 July 2008

Sebuah Kisah dari Pinggir Kota Jakarta : cerita dibalik Penerimaan Siswa Baru (PSB) kota Bekasi

Seorang anak duduk termangu di lorong sekolah dengan wajah memerah. Di matanya tersisa bulir-bulir air mata yang ia seka sebisanya. Pengumuman siswa baru di daerah bekasi membawanya pada suatu kenyataan, ia tidak lulus di SMA Negeri 6 bekasi. Dengan rata-rata nilai ujian nasional hampir 9, rasanya nyaris tidak mungkin ia tidak diterima di SMA ini yang masih tergolong menengah dalam hal ketatnya persaingan. Tapi kenyataan berbicara lain, ia benar-benar tidak lulus dan mau tidak mau harus menempuh pendidikan menengah di sekolah non-negeri alias sekolah swasta.

Agaknya titel ‘siswa’ dari sekolah swasta yang agak mengganggu dirinya. Apa kata dunia ia sekolah di sekolah swasta? Apalagi sekolah swasta yang namanya nyaris tak terdengar di kancah sekolah menengah di Bekasi. Perasaan itu semakin mengganggu dirinya ketika ia harus menghadapi sebuah fakta bahwa kakak dan abangnya adalah alumnus dari dua sekolah negeri terkemuka di Bekasi, SMAN 2 dan SMAN 1 Bekasi. Pukulan telak kini nampak menimpa dirinya dan itu bertubi-tubi hingga ia nyaris tak mampu berbicara pada orang sekitarnya.

Beruntunglah kondisi ini tak bertahan lama. Keluarga seolah menjadi tempat kembali paling sempurna baginya atas segala kemalangan yang menimpa. Keluarga memberikan motivasi dan kekuatan bagi dirinya untuk menghadapi kondisi ini. Mereka menyadarkan dirinya bahwa lingkungan tak mempunyai dampak langsung bagi hasil yang akan ia capai suatu saat. Sekolah swasta tak menjadi ukuran atas keberhasilan seseorang, tak berarti orang yang berada di sekolah swasta memiliki tingkat kualitas di bawah siswa sekolah negeri. Bila orang tersebut memang berkualitas, pastinya ia akan tetap menunjukkan performa yang luar biasa dalam aktivitasnya, walaupun ia berada sekolah swasta.

Begitupun dengan dirinya, keluarga mengibaratkan dirinya sebagai mutiara. Dimanapun ia berada sebuah mutiara kan selalu bersinar, walaupun di tengah luapan lumpur sekalipun. Maka jadilah mutiara karena ia tak tercemar oleh kotornya lumpur yang mengelilingi dirinya. Karena ia tak terpengaruh oleh statusnya sebagai siswa dari sebuah sekolah swasta dimana ia akan menunjukkan kualitasnya sebagai sebuah mutiara yang terus bersinar.

Karena keluarga memberikan pilihan kepadanya atas sebuah perumpaan. Menjadi ikan kecil di kolam yang besar, atau menjadi ikan yang besar di kolam yang kecil? Tak salah bila ia memilih salah satunya, tapi yang perlu ia pahami adalah menjadi ikan di kedua kolam mempunyai maknanya masing-masing. Berada di sekolah yang hebat dan terkenal namun hanya menjadi penonton diantara orang-orang yang berprestasi adalah perumpaan bagi ikan kecil di kolam yang besar. Sedangkan berprestasi dan menjadi nomor satu di sekolah swasta yang notabene tak terdengar namanya bagaikan menjadi ikan yang besar di kolam yang kecil. Lalu? Mana yang lebih baik? Pertanyaan yang ia ajukan pada keluarganya.

Senyuman terbesit dari anggota keluarga mendengar pertanyaan ini. Dengan perlahan sang ayah berkata “ nak, seorang itu dilihat atas apa yang ia usahakan. Tak dihitung di mana ia berada dan bagaimana caranya, selama yang ia upayakan adalah sesuatu yang halal maka tunjukkanlah bahwa ia bisa membuahkan sesuatu, apapun itu. Ia berpikir untuk terus memberikan sesuatu bagi lingkungannya, atau orang-orang sekitarnya. Maka, menjadi ikan besar di kolam yang kecil atau ikan kecil di kolam yang besar?”

Dengan tersenyum ia berkata pada ayahnya, “aku mau jadi ikan yang besar itu pa, walau Cuma di kolam yang kecil. Seperti lintang di laskar pelangi yang berprestasi luar biasa meski cuma sekolah di sekolah yang minim sarana dan hampir rubuh itu. He.he..”

Kalau begitu saya ucapkan selamat. Semoga tetap istiqomah tuk meraih yang terbaik. Karena engkau adalah mutiara, karena engkau adalah ikan besar walaupun di kolam yang kecil.

Friday, 18 July 2008

Saatnya Telah Tiba: back to the real world

Masa dua tahun di asrama kan segera berakhir. Tinggal menghitung hari sejak rabu lalu merupakan awalan dari proses kepindahan kami. Saya telah mempersiapkan segala hal dalam proses transisi ini, salah satunya mencari tempat tinggal baru alias tempat kos baru. Tempatnya tak menjadi masalah, dimanapun tempatnya nanti, Alhamdulillah saya tak dipusingkan oleh jarak tempat kos dengan kampus. Karena saya mempunyai kendaraan (baca: motor) yang membuat mobilitas saya tetap tinggi. He.he.. :p . Akhirnya  setelah mencari dan bertanya-tanya kepada teman, saya menemukan tempat itu. Terletak di daerah kukusan Teknik.

Begitulah..Banyak hikmah, banyak suka, dan tak sedikit duka mewarnai perjalanan hidup saya di barak perjuangan ini, asrama PPSDMS lantai 3. Momen-momen itu berpadu dalam pusara syukur ke hadirat Ilahi Robbi, karena memberikan kesempatan kepada saya bertemu dengan manusia-manusia hebat itu. Mereka yang mewarnai hidup saya dengan segala bentuk canda, dialektika, bahkan kekonyolan. Hal yang mungkin tak dapat tergantikan ketika saya telah keluar dari asrama dan kembali ke dunia nyata.

Mengenang kembali masa dua tahun silam membuat saya berpikir. Betapa sangat sulit dipercaya saya bisa mendapatkan anugerah ini. Sungguh, tak pernah terpikir bahwa saya akan sampai sejauh ini dalam proses seleksi peserta baru. Bila dibandingkan dengan peserta lain khususnya sesama fakultas, track record saya masih jauh dibandingkan mereka. Ketika itu saya belum aktif di lembaga kemahasiswaan bahkan cenderung vakum dan menarik diri. Berbeda dengan kawan-kawan saya se-fakultas yang telah menjadi Wakadep (wakil kepala departemen) Kajian strategis Senat Fakultas Psiko, atau Wakadep Humas FUSI Psiko. Agak aneh memang ketika salah satu persyaratan beasiswa ini adalah

“aktif di lembaga kemahasiswaan di kampus atau luar kampus”,

saya belum memenuhi persyaratannya, dan yang lebih anehnya lagi, saya lolos hingga tahap terakhir, wawancara.

Saat proses wawancara, saya coba mengkondisikan diri dan emosi. Berusaha agar setiap hasil yang terjadi setelah proses seleksi dapat saya terima dengan lapang dada. Nothing to lose terhadap hasil yang ada nantinya. Mungkin itu yang membuat saya menjadi lepas ketika proses wawancara. Saya tumpahkan uneg-uneg, motivasi, serta niatan saya nantinya ketika mendapatkan beasiswa ini. Hingga satu kata terakhir terucap dari lisan saya

“setidaknya proses seleksi ini membawa saya pada sebuah kondisi, menyadari potensi diri saya yang ternyata sungguh besar. Dan saya berpikir dan berharap, potensi ini dapat bermanfaat bagi orang yang saya kenal”

Closing statement yang membuat hati saya lega dan puas. Apa yang akan terjadi, biarlah terjadi. Bila saya masih diberikan kesempatan tuk berbakti dan meng-upgrade potensi diri, InsyaAlloh saya akan mendapatkan beasiswa ini.

Dan ternyata, Ia yang kekuasaanNya meliputi langit dan bumi, masih berkenan mendengar doa saya. Membuat saya melalui masa-masa tak terlupakan dua tahun mendatang.

Bersama mereka…

Thursday, 10 July 2008

Catatan Kecil dari TPD

Bang Arif berkata, we need action not only discourse.

 

Maka melangkah dari satu hal ke hal yang lain adalah sesuatu yang pasti. Dari sinilah kualitas modal spiritual seseorang terlihat. Yang bukan tampak pada performance di depan publik, tetapi tercermin dalam perilaku. Sehingga seorang pemimpin tidak hanya berorasi di depan publik tanpa tindakan yang konkret. Tetapi dengan buah nyata dari kontribusi yang ia berikan.

 

Spiritual capital yang rendah membuat seseorang mengalami split personality. Sehingga ia bertingkah laku berbeda ketika di depan dan di belakang publik. Karena hakikatnya seorang leader selalu tampil apa adanya dengan performa yang ia miliki. Seorang leader akan tetap istiqomah menjalani amanah yang diembankan padanya. dan ia tidak melihat suatu kedudukan sebagai sebuah keuntungan untuk dimanfaatkan akan tetapi sebuah amanah yang harus dijalani sesuai dengan hakikatnya.

 

Monday, 7 July 2008

Sebuah Dialog Melalui SMS

Sebuah percakapan melalui SMS di malam hari.

From +628567918xxx

Tau gak gmana caranya ngeliat sjauh mana dakwah pada suatu daerah brkmbng atau tidak?
Cara yg paling simple dan gampang, ada yang tau?

Send to many
+628562417xxxx
+628569208xxxx
+628569425xxxx
+628569435xxxx
+628568740xxxx
+628571025xxxx

Menggelitik beberapa orang yang terkirimkan pesan ini untuk segera merespon.

Nggak… pilkada??
From +628569208xxxx

Kalo menurut sy,liat aj pnerimaan&pemahaman masyarakatnya ttg islam/aktivis da’wah @daerah mrk.
&coba liat jg aktivitas masjidny,ramai ga?Remaja ikt mramaikankah?

From +628571025xxxx

Liat jemaah sholat subuh.Patokan alami.Kongkrit.Nyata.
From +628562417xxxx

Blm tw..
From +628569425xxxx

Af1 br bls,td lg otw.ya liat aj tngkt ptmbuhan kadern,g simple ya?atw mngkn liat msjdn,makmur g?kgiatann gmn?jmaah sholtn,dll
From +628569435xxxx

Lalu si pemberi pertanyan mrespon setiap jawaban yang datang.

From +628567918xxx

For +628571025xxxx
Ribet..
Cukup liat jamaah sholat subuhnya..
Kongkret..nyata..patokan para sahabt dan salafushalih..
Klo dy dah bs jamaah subuh,tak usah d ragukan komitmenn

For +628569208xxxx
Ha5..politis bngt sih..
Ckp liat jamaah shlat subuhn..
Kngkret..nyata..patokan para sahabat&salafushalih..
Klo dy dah bs jmaah subuh,tak usah d ragukan komitmenn

For +628569435xxxx
Ribet amat..
Ckp liat jamaah shlat subuhnya..
Kongkrt..nyata..patokan para sahabt&salafushalih..
Klo dy dah bs subuh jamaah,tak usah d ragukan komitmenn pada islam

For +628562417xxxx
Subhanalloh..
Diantara orang yg bertitel Tarbiyah di keningnya..
Cuma lo yg jawab benar,
Betul,
Cukup dr sholat subuh..melihat komitmen se2orang pada islam..

Respon balik atas jawaban si pemberi pertanyaan.

For +628567918xxx 

From +628569208xxxx
Huhuy,,bner jg yak..jamaah subuh.. Bdw,lo udah subuh bjamaah ga? Ntar omdo doing lg..
*hyahaha*

From +628562417xxxx
Soaln gw dh kbelet pngn perang.Tdk akn da perang slma sholat subuh cm isinya 1 shof.Yahudi mang hrs mati.Dn islam hrs kongkrit. Jgn cm bs nasyid jihad doang….(dan seterusnya..sebenarnya masih panjang)

From +628569435xxxx
Ho..nt nanya ap ngtes?brarti jwbnku bener dong,liat dr msjdnya,s.subuh dmsjd kn?
Ngomng s.subuh jd inget ust.ferry nur 

Setelah berbagai respon atas jawaban si pemberi pertanyaan. Ia mencoba menanggapi sekali lagi, respon dari berbagai nomor yang masuk.

From +628567918xxx

For  +628569208xxxx
Justru itu,gw lg b’usaha..
Sjauh ini,insyaAlloh,doakan..istiqomah..

For +628562417xxxx
^_^
Barakallohu,smga Alloh meridhoi niat baik lo ini..
Gw speechless melihat kesungguhan lo..
Gw bener2 b’syukur pada Alloh dipersaudarakan ama lo selama ini

For +628569435xxxx
He5..
Ngetes..
Tp jawaban nt msh umum,gak spesifik..
Cukup dngn subuh..
 

Membiarkan ponselnya berada di sisi tempat tidur. Pemberi pertanyaan berusaha memaknai segala yang terjadi, sembari menarik nafas panjang.
Menutup dengan senyuman atas sebuah hikmah yang kembali datang di malam hari. Menutup hari dengan indah dan bertafakur padaNya.

Subhanalloh..