Bismillah.
Biasanya, hiruk pikuk kejayaan pasca kelulusan hanya bertahan paling lama 2 bulan. Selebihnya para Sarjana kembali pada kegalauan akibat kevakuman aktivitas. Ada yang memilih untuk menganggur dulu dan menikmati kebebasan sesaat, ada yang memilih untuk ber-freelance ria tanpa jam kerja yang tetap, ada yang langsung melanjutkan S2, dan yang paling sering, langsung berganti profesi menjadi jobseeker.
Sebagai jobseeker dan dalam hal ini statusnya masih fresh graduate atau blom berpengalaman, sulit bagi mereka untuk bisa bersaing memperebutkan posisi yang strategis dan keren. Biasanya perusahaan memprioritaskan jobseeker yang berpengalaman beberapa tahun di suatu posisi atau jabatan.
Kedua adalah melalui jalur regular, jalur regular ini maksudnya adalah melamar pekerjaan sebagai staf atau pegawai pada perusahaan dengan status entry level atau bahasa lainnya jadi bawahan dulu. Beberapa perusahaan ada yang berbaik hati dengan langsung mengontrak si calon pegawai sebagai karyawan dengan masa kontrak sekian bulan, biasanya setahun sebelum diangkat menjadi pegawai tetap, atau bila si perusahaan agak ‘pelit’ biasanya si calon pegawai di outsourcing dulu dengan pihak ketiga, intinya gak langsung dikontrak oleh perusahaan tersebut. Kelebihannya, hm.. kalau dicari kelebihannya mungkin agak sulit, tapi yang jelas pada jalur ini, si jobseeker fresh graduate bakal banyak mendapatkan pengalaman berkaitan hal-hal yang teknis seperti foto copy, ngefaks, input laporan dan lain lain. Sehingga nanti klo udah jadi atasan bakal lebih wise. Kekurangannya, lama naek jabatannya. Sarannya adalah, jangan lama-lama di posisi itu, cepet-cepet pindah kalau dirasakan sudah dapat manfaat banyak atau pengalaman, ya setahun dua tahun lah. Selepas itu cari yang lebih bonafid berbekal pengalaman di tempat lama.
Selanjutnya, dalam melamar pekerjaan, kita ibarat menjual ‘diri’ kita pada perusahaan. Apa skill yang kita punya dan apa kompetensi yang kita punya untuk dapat dilirik perusahaan dan dibeli perusahaan. Biasanya cara gampang promosi diri adalah via Curriculum Vitae (CV). Hm.. biasanya kalau masih jadi mahasiswa ya, banyak tuh yang bangga CV nya bisa berlembar lembar, semuaaaa pengalaman organisasi ditulis, semua pengalaman seminar ditulis, semua kursus di tulis, sampe juara makan kerupuk tingkat RT juga ditulis, pokoknya lengkap deh dari SD sampe lulus kuliah. Tapi tunggu dulu, hal itu tidak menjamin si perusahaan merasa kagum dengan kita, Tidaak..!. FYI ya, HR Recruitment perusahaan itu tiap hari rata-rata menerima berkas lamaran berupa CV dan surat lamaran 20-30 buah perhari, bahkan ada yang 50 buah perhari. Bayangkan segitu banyaknya berkas lamaran, dan sepertinya gak mungkin mereka meluangkan waktu membaca dengan detail CV kita yang berlembar-lembar.
Saya adalah lulusan Psikologi universitas Indonesia dengan IPK 3,54 (misalnya) berpengalaman memegang alat tes psikologi diantara projective tes dan intelligence Test serta memiliki kemampuan interview dan observational skill. Mampu bekerja secara tim, dapat bekerja di bawah tekanan, pekerja keras dan memiliki motivasi internal yang tinggi.
Selanjutnya tuliskan pengalaman kerja kita (Kalau udah punya) yang relevan dengan perusahaan yang kita tuju, kalau dirasakan gak relevan ya gak papa sih ditulis juga, up to you lah. Atau bisa juga dituliskan prestasi kita yang dibanggakan seperti juara 1 lomba karya tulis, atau juara 1 lomba debat, dan lainnya. Pokoknya taruh dibagian atas ini, hal-hal yang terbaik dari diri kita, contoh urutannya begini :
dibagian awal tulis pengalaman kerja, atau kalau gak ada ya prestasi kita, lalu skill dan kemampuan kita, lalu kursus dan training yang pernah diikuti, pengalaman organisasi, dan baru yang terakhir, tuliskan data diri kita, dari nama, tempat tanggal lahir, alamat, dan lainnya, jangan tuliskan hal-hal ini di awal CV, percuma juga, karena HR Recruitment gak mau kenalan juga sama kita, maka jangan kepedean menaruh personal information di bagian awal. Hehe untuk urusan estetika dari CV tersebut tergantung kita, mau diberi hiasan yang berlimpah juga boleh, asal jangan terlalu mencolok, yang simple aja, setidaknya membuat kita terkesan elegan dan serius (intinya, nulis CV itu jangan kebanyakan dan kepanjangan, biar dikit yang penting relevan, karena si HR Recruitment juga gak bakal baca CV kita sampai habis).
Selanjutnya surat lamaran, untuk surat lamaran biasanya tidak terlalu rumit, asalkan disana tercantum jelas maksud dan tujuan kita melamar pekerjaan tersebut, jangan lupa juga tuliskan posisi apa yang kita tuju. Untuk bahasa juga tidak terlalu masalah apakah memakai bahasa inggris atau Indonesia , tergantung perusahaannya, kalau perusahaan asing, baiknya kita memakai bahasa inggris, tapi perlu diingat, kita pun harus mempersiapkan diri ketika nanti diundang interview memakai bahasa inggris atau asing. Tentunya kita sudah tau konsekuensi untuk hal ini.
Selanjutnya, ya tinggal tunggu saja panggilan interview atau psikotes. Biasanya sih interview dulu dengan HR atau dengan user, fleksibel. Kalau misalnya diundang interview, kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Lihat dulu profile perusahaannya seperti apa, bergerak dibidang apa, dan lain sebagainya, biasanya bisa dilihat melalui website perusahaan tersebut. Untuk entry level atau untuk posisi staff yang masih fresh graduate, biasanya pertanyaan berkisar tentang motivasi kerja, semangat kerja, kemauan dalam bekerja, biasanya tentang skill ataupun kompetensi tertentu jarang ditanyakan walau tidak tertutup kemungkinan hal ini akan ditanyakan juga. Lalu, siapkan pula penampilan kita dengan baik, setidaknya pakai kemeja dan celana bahan serta sepatu, kalau perempuan bisa pakai blazer atau setidaknya pakaian yang rapih dan sopan. Standar orang kantoran lah. Upayakan hadir 1 jam sebelum interview berlangsung, atau paling lambat setengah jam sebelum interview berlangsung. Hal ini agar kita dapat mempersiapkan diri dengan baik, mengatur nafas, mengatur penampilan, mencuci muka kalau yang naik motor dan lain sebagainya, intinya agar kita bisa menenangkan diri dulu. Ketika interview berlangsung duduk yang nyaman dan tegap, atur nafas dengan teratur, jernihkan pikiran dan hapus segala prasangka, nothing to lose, apapun yang terjadi kerahkan kemampuan terbaik kita, jawab seideal dan sebaik mungkin, insyaAllah kalau rezeki gak akan lari. Hehe.
Setelah selesai interview, biasanya dilanjutkan dengan psikotes. Psikotes itu biasanya mengukur 3 aspek, aspek intelegensi, aspek sikap kerja, dan aspek kepribadian. Kalau aspek intelegensi alat tesnya antara lain CFIT, SIT, alat tes yang ada hitungan, menyusun gambar, menyusun pola gambar, mencari perbedaan, dan lain lain. Untuk aspek intelegensi ini, intinya tenang dalam mengerjakan, jangan nervous, santai saja, kalau nervous justru pikiran kita akan blank, kerjakan dengan baik dan sesempurna mungkin, kalau udah lulus S1 ya setidaknya yang kayak beginian bisa lolos lah, asal tenang dalam mengerjakan.
Yang kedua adalah aspek sikap kerja. Aspek sikap kerja ini alat tesnya antara lain Pauli dan kraeplin. Pernah melihat kertas Koran yang besaar dan berisi angka angka? Nah seperti itulah alat tes tersebut, itu namanya Pauli. Cara mengerjakannya sederhana, menjumlahkan dua angka yang berdekatan secara kontinu dan terus menerus sampai waktunya selesai, biasanya kita disuruh menggaris di angka terakhir yang kita kerjakan kalau ada aba-aba “Garis” dari instruktur tes. Kalau kraeplin biasanya kita disuruh berpindah ke garis yang lain kalau ada aba-aba “Pindah” dan menjumlahkan angka dari atas ke bawah. Tes ini intinya mengukur sejauh mana tempo kita dalam bekerja, ketelitian kita, konsentrasi, potensi dan ketahanan kerja kita. Dalam mengerjakan tes ini, kita harus konsentrasi penuh dan jangan terpengaruh dengan berbagai gangguan, focus dalam mengerjakan dan sebisa mungkin pertahankan kinerja kita dalam menghitung.
Yang ketiga adalah aspek kepribadian. Alat tesnya biasanya terbagi menjadi dua jenis, berbentuk inventory tes dan projective tes. Inventory tes itu alat tes berupa kuesioner dan tersusun atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta sesuai dengan apa yang ia rasakan saat itu, sesuai dengan kondisi actual dari peserta. Alat tesnya antara lain DISC, Papi kostic, MBTI, dll. Sedangkan proyective tes itu tes dimana peserta diminta untuk mengerjakan sesuatu yang diminta oleh instruktur tes, biasanya diminta untuk menggambar sesuatu, menjawab sesuatu (atau memilih sesuatu). Alat tesnya antara lain DAP (draw a person), Wartegg tes, HTP (House tree person), Rorschach tes, dll. Kedua alat tes ini, sulit dimanipulasi dan dipelajari, karena tidak ada standar baku baik atau buruk, benar atau salah, apalagi alat tes ini sudah dinyatakan valid, jadi insyaAllah hasilnya pun sesuai dengan kondisi kepribadian dari peserta,intinya adalah kerjakan saja dengan baik dan berdoa. Hehe..
Okeh. Mungkin sekian dulu dari saya, mungkin nanti kapan-kapan bisa saya lanjutkan dengan tips dan trik lainnya berkenaan karir dan pekerjaan.. salaam..