Sunday, 30 August 2009

perihal waktu manusia

waktu adalah keunikan, ia tercipta bukan karena sebab material seperti makhluk-makhluk tuhan lainnya. namun Ia tercipta dari rangkaian aktivitas manusia yang tak dapat direka ulang kembali dalam sebuah ruang. maka kita kenal ada istilah ruang dan waktu karena kedua hal ini saling melengkapi. ketika ada sebuah ruang maka ia dilabeli tambahan waktu ketika ada manusia disana. begitu juga sebaliknya, sebuah waktu akan dilabeli tambahan ruang ketika ada manusia disana.

maka yang menjadi variabel utama terciptanya ruang dan waktu sebenarnya adalah manusia. karena ia yang mempersepsi dan memaknai akan hakikat ruang dan waktu. persepsi itu tentunya tercipta ketika manusia beraktivitas, melakukan sesuatu, dan menghasilkan sesuatu. hasil dari aktivitas tersebut terekam dalam memory manusia, yang ketika ia mengingat kembali aktivitas tersebut, maka terciptalah term waktu dalam kognisinya.

proses mengingat dan melakukan sesuatu ini terjadi sangat cepat dan singkat hingga mungkin kita tak menyadarinya. ambil contoh begini, kita sedang mengetik sebuah tulisan di komputer, kitapun tahu bahwa kita sedang mengetik sebuah tulisan ketika kita mengingat kembali hasil ketikan yang telah kita buat sebelumnya. karena ingat, aktivitas yang kita kerjakan tak pernah terulang lagi. maka tentunya kita mengatakan bahwa tadi, kemarin, atau setahun yang lalu saya pernah mengetik sebuah tulisan.

dari sini kita dapat melihat bahwa waktu, ruang, memory dan aktivitas manusia merupakan hal yang saling berkaitan. hingga sayapun berpikir bahwa waktu adalah sebuah bentuk memory dari seorang manusia yang meninggalkan jejak aktivitasnya di dalam sebuah ruang. semakin banyak jejak aktivitasnya, maka semakin banyak waktu yang telah ia lalui yang berarti semakin banyak pula memorynya tentang aktivitas itu.

maka sangat mudah untuk mengidentifikasi apakah seseorang menggunakan waktunya dengan baik atau tidak. coba tanyakan seberapa banyak ia mengingat aktivitas yang pernah ia lakukan. bila ia banyak lupa bukan berarti ia menyianyiakan waktunya, coba berikan stimulus berupa jejak-jejak hasil aktivitasnya. misalnya buku-buku yang pernah ditulisnya, hasil penemuan yang ditemukannya, foto-foto yang membuktikan aktivitasnya dan sebagainya,
dengan tentu saja, tetap mempertimbangkan kualitas dari hasil karya2nya. bila itu ada dan dapat membangkitkan memorynya, maka kemungkinan besar ia memanfaatkan waktunya dengan baik.

jadi, jejak-jejak aktivitas berupa hasil karya manusia merupakan simbol dan stimulus yang menyiratkan bahwa manusia menggunakan waktunya dan menjadi bagian darinya. yang berarti manusia tersebut telah memiliki waktu. Ia menjaganya, menyimpan rapi waktu-waktu itu dalam relung-relung memorynya.

ahad,01.30 wib, 8 ramadhan 1430 H,
-ceracauan di malam hari-

Wednesday, 26 August 2009

Balada Ustadz-ustadz spesialis ramadhan

'Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dengan serta-merta dari hamba-hamba Nya. Tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan (mematikan) ulama, sehingga Allah tidak menyisakan orang pandai. Maka, manusia mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu, mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu' (HR.Bukhari)

Waktu itu secara tak sengaja saya menonton salah satu stasiun televisi swasta, yang terkenal dengan sinetron-sinetron dubbingnya(yah.. ketauan dah.. hehe). sebenarnya saya orang yang jarang nonton TV tapi entah kenapa saat itu kebetulan ada acara yang menggelitik keingintahuan saya. maka saya tontonlah acara yang keliatannya mengeksploitir kemalangan orang-orang yang belum mempunyai jodoh. sepuluh dua puluh menit saya tonton, kok agak aneh ya?, nampak terlalu di lebih2kan, dan lalu.. loh?? loh?? kok..???

kenapa tiba2 ada ustadz nimbrung di situ?? tau sih, saat itu mau bulan ramadhan, tapi masa iya sampe acara yang aneh bin ajaib ini dibikin religius juga??.. entah ya, saya saat itu belum bisa menarik sebuah benang merah kehadiran ustadz itu di sana, karena mungkin saya sudah keburu illfeel ngeliat tuh ustadz, ya mungkin saja dia mau berdakwah dan lainnya, tapi kok saya ngeliatnya ustadz itu jadi seolah mengafirmasi acara itu ya?? ditambah lagi dia ikutan ngasih komentar..(NB: di acara itu gak ada sedikitpun nuansa islamnya, dari pakaian, sampai attitudenya).. ck..ck..ck..

lalu, karena mungkin bulan ramadhan, setiap acara2 televisi jadi religius yang dibuktikan dengan kehadiran seorang ustadz atau pemuka agama di sana. dari acara musik2 di siang bolong yang gak jelas juntrungannya, sampe acara sahur yang kadang agak miris ngeliatnya. karena pas acara sahur itu, tuh ustadz baru ngasih komen pas orang2 abis ketawa dan ditambah di acara itu ada banci dan kaum yang berkelamin tak jelas di sana. ya kalau bagi saya sih kehadiran ustadz itu seperti melegalisir secara tidak langsung bahwa banci sah-sah aja kok, padahal dalam islam telah jelas hukumnya.

fiuh.. saya tahu, bahwa saya memang tidak setinggi mereka ilmunya, pengalamannya, statusnya apalagi amalan ibadah, masih jauh banget kayaknya. tetapi setidaknya saya berusaha menjadi muslim yang baik dan mencoba mengisi ramadhan ini sesuai dengan ajaran RasulNya..

'Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.'(QS Al Baqoroh :174)

5 ramadhan 1430, pukul 00.50

Monday, 24 August 2009

Ihwal rektor-rektor sebagai menteri

Banyak selentingan yang mengatakan bahwa penentuan beberapa pimpinan PTN ternama di Indonesia terkait erat dengan deal-deal politis. sehingga suatu ketika penetapan rektor di salah satu institusi pendidikan tinggi ternama di surabaya mengundang tanda tanya karena (kata salah satu koran ternama di daerah itu) tak lagi transparan dan jurdil. Atau mungkin penetapan beberapa pimpinan PTN itu juga terkait dengan sebuah tradisi dan budaya feodal yang meninggikan peran seorang dokter ataupun insinyur sehingga tak heran banyak pimpinan PTN dari beberapa universitas di dominasi dari dua bidang keilmuan itu.

terlepas dari benar atau tidaknya kedua hal itu, saya melihat bahwa posisi sebagai orang yang berada pada pucuk pimpinan tertinggi sebuah universitas sebagai sebuah peluang ataupun batu loncatan untuk karir yang lebih tinggi, contohnya sebagai menteri. Hal ini mungkin tak mutlak, karena setiap perilaku dikembalikan pada si empunya perilaku. apakah dia memang merencanakan grand desain yang terkesan ambisius atau sekedar mengaktualisasikan diri dalam ranah publik yang lebih luas. contohnya, mantan rektor ITS, M. Nuh sebagai menkominfo

sekali lagi, mari kita lihat contoh lainnya. kita tengok pilpres dan pileg yang lalu. coba kita hitung berapa orang petinggi universitas yang ikut bersuara dalam diskusi publik tentang pemilu di televisi?? bahkan beberapa orang diantara mereka didaulat sebagai moderator debat capres cawapres. antara lain, Komarudin hidayat rektor UIN Syarif Hidayatulloh, Anis baswedan rektor Universitas Paramadina, Dekan Fisipol UGM Dr Pratikno. Atau mungkin kalau bisa kita tambahkan, bapak gumilar yang pernah menjadi narasumber di TV One (meski cuma sekali). memang masih banyak petinggi universitas yang tidak sering muncul di depan publik tapi disinyalir akan 'naik pangkat' seperti rektor IPB, ITB dan UNS.

Apakah mereka terlihat ambisius?? saya pikir mungkin saja, karena memang telah banyak selentingan yang mengatakan bahwa beberapa orang dari mereka dicalonkan sebagai salah seorang menteri dalam kabinet. ditambah memang sebagian dari mereka sibuk memperbaiki citra di depan publik. misalkan Anis yang diperkirakan menjadi menteri pendidikan. Meski tak berasal dari PTN, tetapi dengan pengetahuan dan kredibilitasnya sebagai salah satu rektor termuda di Indonesia, mampu mengalihkan perhatian beberapa pengamat pada dirinya. Bahkan sebagian besar publik memberikan nilai positif atas keberhasilannya menjadi moderator debat capres dan cawapres lalu. walaupun tentu saja tradisinya sejak pasca reformasi, mendiknas berasal dari muhammadiyah.

atau mungkin Rektor UI, Prof Gumilar, yang dengan gegap gempitanya membangun UI kembali. Sarana dan pra sarana menjadi fokus perhatian darinya. tak ada yang tak diperbaiki dan direnovasi, dari Perpustakaan termegah di Asia hingga jalur sepeda. Ditambah dengan pencitraan yang baik di depan publik civitas UI dan manajemen konflik yang aduhai (mungkin sebagian mahasiswa UI tahu akan hal ini) membuat dirinya semakin dipandang simpatik oleh sebagian besar masyarakat negeri ini. hingga tak heran ia pernah masuk calon bursa presiden dari kalangan akademisi, luar biasa. Lalu kini kabarnya beliau juga menjadi salah satu pengisi salah satu menteri di kabinet... hmm..hm..

Lalu, intinya?? Perebutan posisi sebagai salah seorang petinggi kabinet nampaknya semakin hangat, karena setiap calon berlomba memperbaiki diri, menunjukkan kinerja dan kualitasnya. Tanpa mengurangi rasa hormat, harapannya adalah setiap langkah menuju batu loncatan selanjutnya, tak lagi membutuhkan batu lainnya untuk melangkah, karena mungkin saja, banyak hal yang dikorbankan untuk menambahkan satu batu itu.