Ada
hal-hal di dunia ini yang boleh dibicarakan di muka umum, dan ada hal-hal yang
tabu diucapkan di depan khalayak ramai. Beberapa hal boleh diucapkan sesukanya,
dan beberapa hal cukup diketahui saja, tanpa perlu diungkapkan lewat lisan. Terlebih
saat hal tersebut disampaikan oleh seorang tokoh masyarakat, yang sepertinya
wajar tuk diucapkan menjadi berbahaya saat dilisankan.
Seperti penyerangan LP Cebongan di Sleman Yogyakarta
yang terjadi beberapa waktu lalu. Mungkin beberapa orang nampak menangkap bahwa
bahwa inti permasalahannya adalah adanya upaya beberapa oknum TNI yang berupaya
membalas dendam atas terbunuhnya rekan mereka oleh beberapa tahanan di LP
tersebut.
Entah benar atau tidak, yang jelas kesan yang timbul seperti
itu. Orang-orang bersenjata lengkap, terlatih, dengan gerakan komando khas
tentara, itulah ungkapan beberapa saksi mata yang melihat langsung kejadian.
Maka tak heran opini yang tergiring kini adalah TNI tak ubahnya preman jalanan
yang membabi buta menghabisi lawan yang mengancam mereka.
Tapi sekali lagi, itu opini yang berkembang, dan bebas
berkeliaran di tengah masyarakat. Sesuatu yang berbeda saat ada seorang tokoh,
anggota TNI, atau anggota Polisi menyampaikan opininya di depan media. Tentunya
mereka akan sangat berhati-hati dan tak mudah menyepakati informasi yang kini
tersebar di masyarakat. Sebaliknya, mereka akan dengan basa basi politisi
normatif mengatakan bahwa penyelidikan, investigasi lebih lanjut, praduga tak
bersalah, merupakan hal-hal yang perlu dikedepankan.
Padahal akan sangat menarik jika beberapa tokoh menyuarakan
apa yang kini berkembang. Setidaknya menyadarkan masyarakat bahwa sebesar
apapun hukum dan peraturan di Negara ini melindungi mereka, tetap saja unsur
dan benih premanisme masih mengakar di benak beberapa orang di Negara ini.
Bahkan untuk sebuah instansi pelindung macam TNI dan Polri sekalipun.
No comments:
Post a Comment