Sesekali mengarahkan pandang ke trotoar jalan mungkin saja
memberi perspektif berbeda pada diri kita dalam melihat dunia. Tak melulu soal
siapa dan bagaimana seseorang berpacu di keramaian jalan raya karena ada
kalanya melambat berjalan di sebuah trotoar menjadi sesuatu yang menyenangkan
tuk dilakukan.
Trotoar jalan kini memiliki banyak fungsi. Yang awalnya
digunakan para pejalan kaki kini beralih peran menjadi tempat berjualan para
pedagang, tempat berkumpulnya anak-anak jalanan, dan sesekali menjadi jalur
lintasan motor saat kemacetan muncul di sepanjang jalan.
Tak mengapa jika kini fungsi utama trotoar lambat laun
teralihkan, karena memang hanya trotoar jalan yang menerima mereka dengan
kesediaan hati sepenuhnya. Dikala jaminan berusaha dan berniaga tak lagi jelas
datangnya, merekapun mengaisnya di daerah tempat orang-orang memperhatikan
mereka, di tempat orang-orang berlalu lalang. Dikala hangatnya keluarga dan
rumah tempat bernaung tak lagi ada, trotoar jalan memberikan tempat bagi
anak-anak jalanan menunjukkan keberadaan mereka. Di saat kemacetan parah mulai
muncul di sepanjang jalan, trotoar pun menjadi alternative para pengendara
motor yang frustasi dengan kondisi jalan yang semrawut.
Mungkin bagi beberapa orang mereka-mereka ini hanya
mengganggu para pejalan kaki. Yang semestinya mendapatkan hak untuk dapat
menikmati kenyamanan berjalan kaki. Tapi tak dapat dipungkiri saat berjalan
kaki dan melambatkan diri seorang pejalan kaki dapat melihat dengan jernih
kondisi yang ada disekitarnya. Mencoba memberi makna bahwa ternyata ada hal-hal
terpinggirkan yang tak dapat ditangkap kala melajukan kendaraan di jalan raya
yang serba cepat.
Jadi tak selamanya bersungut-sungut itu tepat, kala trotoar
makin ramai dengan pedangang, anak-anak jalanan, atau bahkan pengendara motor
yang nekat. Karena ternyata negeri ini belum dapat memberikan tempat bagi
mereka hingga terpinggirkan sampai di tepi trotoar jalan.
No comments:
Post a Comment