Hm..
Oke, secara de facto dia adalah adik kelas saya, junior lah
kalau orang-orang menyebutnya. Junior di kampus. Tapi kok ketika dulu di kampus
saya jarang ngeliat dia ya??.. hm.. entah saya yang kurang gaul atau memang
ruang lingkup aktivitas kami yang berbeda, dia lebih sering main ke pusgiwa dan
saya ke student center psikologi, tapi yang jelas, namanya sudah cukup familiar
di telinga saya. Erika Hapsari..
Yup, Erika Hapsari. Wanita anggun asal malang dengan wajah yang
memancarkan binar keceriaan. Sejak email dari temannya (yang termasuk teman
saya juga), tentang informasi dan profile dirinya masuk ke inbox saya, sayapun
mengetahui tentang dirinya lebih jauh dari sekedar bahwa ia adalah mahasiswi
yang smart dengan title Mahasiswa berprestasi dengan segudang aktivitas
kemahasiswaan. Ah ternyata ia yang saya cari selama ini.
Profilenya saya baca berulang kali, berulang kali, dan
berulang kali. Sungguh bahagia sekali bila anak saya nanti beribukan seorang
wanita yang luar biasa seperti ini. Bismillah, dengan istikhoroh dan berbagai
masukan dari banyak informan, sayapun bertekad, she is the one.
**
Saat itu pertengahan januari, seminggu setelah berkonsultasi
dengan sang khaliq, sayapun
memutuskan untuk bertemu dengannya. Di sebuah rumah makan ditemani oleh dua
orang teman yang sekaligus pasangan suami istri. Disana saya bertatap muka
langsung dengannya, bertanya lebih lanjut dan mengklarifikasi banyak hal. Hm..
sangat menyenangkan. Sayapun menyampaikan bahwa, “oke, kita masing-masing
istikhoroh dulu, insyaAllah setelah itu kita akan saling mengabari”
Seminggu setelah pertemuan itu, sayapun kembali istikhoroh. Sungguh,
untuk yang satu ini, dia yang insyaAllah terbaik sebagai pendamping hidup, saya
serahkan sepenuhnya pada Allah. Biarlah sang khaliq yang memilihkan. Dan dengan
bertawakal padaNya, sayapun memutuskan untuk melanjutkan proses ini. Tapi itu
baru dari saya, sedangkan ia belum tahu seperti apa. Apakah bersedia untuk
melanjutkan proses ini atau tidak. Awalnya rasa harap dan keinginan untuk
bersamanya tak terlalu besar, biasa saja, tapi entah kenapa Allah seperti sudah
menitipkan rasa itu pada saya. Dan rasa itu makin besar. Semoga ia menerima.
Dan ternyata, ia bersedia untuk melanjutkan proses ini. Alhamdulillah,
selanjutnya kamipun mulai membicarakan hal yang lebih detail via email atau sms
terkait dengan proses menuju jenjang pernikahan. Dan entah kenapa, semuanya
berjalan lancar dan cepat. Bulan januari kami bertemu, beberapa kali diskusi,
akhirnya di penghujung januari ia ke rumah saya ditemani sahabatnya, bertemu dengan
orang tua yang tidak disangka, beliau
berdua cocok dengannya.
“gimana kalau kak tegar februari ke sini aja, langsung
ketemu orang tuaku, sekalian lamaran juga boleh, tapi klo bisa jangan sendiri,
gak usah dua-duanya dateng juga gakpapa,”
Wuih.. dan akhirnya februari disuruh ke rumahnya langsung di
malang. Malam itu pun, setelah dia mampir ke rumah saya, saya mencari tiket ke pesawat
promo. Tak disangka, dapat yang murah dan untuk berdua. Pesawat tiger airways,
dua juta untuk dua orang, PP JKT-SBY. Murah bangettt.. ternyata ada aja
jalannya.
**
Sayapun berangkat bersama ayah, hanya berdua, bertandang ke
rumahnya sekaligus lamaran. Kamipun hanya membawa beberapa buah tangan, tak
banyak, tapi mudah2an bermanfaat. Disana ayah sayapun mengutarakan maksud kami
datang ke malang, dan Alhamdulillah, kami diterima dengan baik dan lamaran
sayapun ditanggapi dengan positif.
Selanjutnya kamipun membicarakan proses menuju pernikahan,
dari urusan tanggal, prosesi pernikahan dan sebagainya. Sungguh banyak kalau
diceritakan dalam satu tulisan, tapi intinya, kami berdua dimudahkan. Dengan kondisi
saya yang tabungannya kurang (bahkan nyaris gak ada) dan masih belum bebas financial,
Alhamdulillah ada saja rejeki yang datang. Hehe.
**
5 bulan dari hari
pernikahan.
Kami menikah bulan Juni, di malang, dengan resepsi yang
sungguh luar biasa. Saya bersyukur bahwa Allah telah menentukan jalan terbaik
bagi kami berdua untuk berkumpul sebagai satu keluarga, insyaAllah hingga ke surga
kelak. Aamiin.
Dan hingga detik ini, betapa bersyukurnya saya mendapatkan
anugrah bidadari penyejuk mata seperti dirinya. Wanita dengan senyuman manis
yang senantiasa ridho dengan kondisi suaminya, tak banyak mengeluh dan sangat
menyayangi saya dan menerima keluarga saya layaknya keluarga sendiri. Wanita dengan sosok tangguh, luar biasa, dan
penyayang.
Wanita yang bisa
berkata “uangku uang mas juga"
Atau "istri harus bisa bantu suami”
Atau “uangnya di mas aja, aku bakal minta kok kalo kurang.”
Atau “insyaAllah rejeki gak kemana mas, usaha terus ya,
insyaAllah ada jalan”
Dan banyak fragmen yang saya terekam jelas dalam memori.
Banyak hal yang akan kami tempuh di tahun-tahun mendatang, bahkan
mungkin masih banyak yang perlu kami ketahui satu sama lain. Tapi insyaAllah,
dengan ridho Allah, kami akan lalui jalan ini berdua bersama anak-anak kami
nantinya. Aamiin.
Selamat hari lahir dek, semoga sehat selalu dalam menempuh jalan hidup ini bersamaku.
Selamat hari lahir dek, semoga sehat selalu dalam menempuh jalan hidup ini bersamaku.
Teruntuk istriku tercinta.
Erika Hapsari
:)