Thursday, 7 November 2013

Erika Hapsari



Hm..

Oke, secara de facto dia adalah adik kelas saya, junior lah kalau orang-orang menyebutnya. Junior di kampus. Tapi kok ketika dulu di kampus saya jarang ngeliat dia ya??.. hm.. entah saya yang kurang gaul atau memang ruang lingkup aktivitas kami yang berbeda, dia lebih sering main ke pusgiwa dan saya ke student center psikologi, tapi yang jelas, namanya sudah cukup familiar di telinga saya. Erika Hapsari..

Yup, Erika Hapsari. Wanita anggun asal malang dengan wajah yang memancarkan binar keceriaan. Sejak email dari temannya (yang termasuk teman saya juga), tentang informasi dan profile dirinya masuk ke inbox saya, sayapun mengetahui tentang dirinya lebih jauh dari sekedar bahwa ia adalah mahasiswi yang smart dengan title Mahasiswa berprestasi dengan segudang aktivitas kemahasiswaan. Ah ternyata ia yang saya cari selama ini.

Profilenya saya baca berulang kali, berulang kali, dan berulang kali. Sungguh bahagia sekali bila anak saya nanti beribukan seorang wanita yang luar biasa seperti ini. Bismillah, dengan istikhoroh dan berbagai masukan dari banyak informan, sayapun bertekad, she is the one.

**
Saat itu pertengahan januari, seminggu setelah berkonsultasi dengan sang khaliq, sayapun memutuskan untuk bertemu dengannya. Di sebuah rumah makan ditemani oleh dua orang teman yang sekaligus pasangan suami istri. Disana saya bertatap muka langsung dengannya, bertanya lebih lanjut dan mengklarifikasi banyak hal. Hm.. sangat menyenangkan. Sayapun menyampaikan bahwa, “oke, kita masing-masing istikhoroh dulu, insyaAllah setelah itu kita akan saling mengabari”

Seminggu setelah pertemuan itu, sayapun kembali istikhoroh. Sungguh, untuk yang satu ini, dia yang insyaAllah terbaik sebagai pendamping hidup, saya serahkan sepenuhnya pada Allah. Biarlah sang khaliq yang memilihkan. Dan dengan bertawakal padaNya, sayapun memutuskan untuk melanjutkan proses ini. Tapi itu baru dari saya, sedangkan ia belum tahu seperti apa. Apakah bersedia untuk melanjutkan proses ini atau tidak. Awalnya rasa harap dan keinginan untuk bersamanya tak terlalu besar, biasa saja, tapi entah kenapa Allah seperti sudah menitipkan rasa itu pada saya. Dan rasa itu makin besar. Semoga ia menerima.

Dan ternyata, ia bersedia untuk melanjutkan proses ini. Alhamdulillah, selanjutnya kamipun mulai membicarakan hal yang lebih detail via email atau sms terkait dengan proses menuju jenjang pernikahan. Dan entah kenapa, semuanya berjalan lancar dan cepat. Bulan januari kami bertemu, beberapa kali diskusi, akhirnya di penghujung januari ia ke rumah saya ditemani sahabatnya, bertemu dengan orang tua  yang tidak disangka, beliau berdua cocok dengannya.

“gimana kalau kak tegar februari ke sini aja, langsung ketemu orang tuaku, sekalian lamaran juga boleh, tapi klo bisa jangan sendiri, gak usah dua-duanya dateng juga gakpapa,”

Wuih.. dan akhirnya februari disuruh ke rumahnya langsung di malang. Malam itu pun, setelah dia mampir ke rumah saya, saya mencari tiket ke pesawat promo. Tak disangka, dapat yang murah dan untuk berdua. Pesawat tiger airways, dua juta untuk dua orang, PP JKT-SBY. Murah bangettt.. ternyata ada aja jalannya.

**
Sayapun berangkat bersama ayah, hanya berdua, bertandang ke rumahnya sekaligus lamaran. Kamipun hanya membawa beberapa buah tangan, tak banyak, tapi mudah2an bermanfaat. Disana ayah sayapun mengutarakan maksud kami datang ke malang, dan Alhamdulillah, kami diterima dengan baik dan lamaran sayapun ditanggapi dengan positif.

Selanjutnya kamipun membicarakan proses menuju pernikahan, dari urusan tanggal, prosesi pernikahan dan sebagainya. Sungguh banyak kalau diceritakan dalam satu tulisan, tapi intinya, kami berdua dimudahkan. Dengan kondisi saya yang tabungannya kurang (bahkan nyaris gak ada) dan masih belum bebas financial, Alhamdulillah ada saja rejeki yang datang. Hehe.

**
5 bulan dari hari pernikahan.
Kami menikah bulan Juni, di malang, dengan resepsi yang sungguh luar biasa. Saya bersyukur bahwa Allah telah menentukan jalan terbaik bagi kami berdua untuk berkumpul sebagai satu keluarga, insyaAllah hingga ke surga kelak. Aamiin.

Dan hingga detik ini, betapa bersyukurnya saya mendapatkan anugrah bidadari penyejuk mata seperti dirinya. Wanita dengan senyuman manis yang senantiasa ridho dengan kondisi suaminya, tak banyak mengeluh dan sangat menyayangi saya dan menerima keluarga saya layaknya keluarga sendiri.  Wanita dengan sosok tangguh, luar biasa, dan penyayang.

Wanita yang bisa berkata “uangku uang mas juga" 
Atau "istri harus bisa bantu suami”
Atau “uangnya di mas aja, aku bakal minta kok kalo kurang.”
Atau “insyaAllah rejeki gak kemana mas, usaha terus ya, insyaAllah ada jalan”
Dan banyak fragmen yang saya terekam jelas dalam memori.

Banyak hal yang akan kami tempuh di tahun-tahun mendatang, bahkan mungkin masih banyak yang perlu kami ketahui satu sama lain. Tapi insyaAllah, dengan ridho Allah, kami akan lalui jalan ini berdua bersama anak-anak kami nantinya. Aamiin.

Selamat hari lahir dek, semoga sehat selalu dalam menempuh jalan hidup ini bersamaku.

Teruntuk istriku tercinta.
Erika Hapsari
:)