Sebaris sms itu masuk dan membuatku
bingung. Akupun terduduk sekejap menyadari bahwa sepertinya kakak ini tidak
main-main.
“Ani, udah siap? Saya mau serius
dengan Ani”
Tak perlu kutanya lagi apa maksudnya
dengan ‘siap’. Usia dewasa muda dengan frase ‘serius’ serta pertanyaan tentang
kesiapan, tak lebih dari pembahasan tentang pernikahan.
Siang itu matahari tak jauh beda
dengan kemarin. Sinar teriknya menambah cucuran keringat setelah kubaca sms
darinya. Ia, duh.. akupun baru mengenalnya, setidaknya belum sampai 2 tahun.
Tapi memang beberapa kali kami sempat berinteraksi dan itupun tak lebih dari
sekedar pembicaraan biasa lewat media sosial.
Akupun ingat saat pertama kali
menyapanya. Eh.. tunggu, ia atau aku dulu ya? Entahlah, yang jelas kamipun
berbincang dan di akhir pembicaraan akupun baru menyadari. Ternyata aku salah
menyapa orang..ups. untung saja dia tak tahu. :p tapi sepertinya ia tak
menyadari hal itu karena setelahnya, beberapa kali kami bertemu dalam obrolan
ringan yang tak pernah direncanakan.
Oh ya, ketika itu bulan Ramadhan,
dan kami sekeluarga berangkat mudik lebih awal untuk menghindari ganasnya jalur
pantura. Dan tebak apa yang terjadi? Ternyata tidak terlalu berpengaruh, jalur
pantura tetap padat, padahal kami berangkat H-5 lebaran. Syukurlah, mobil kami
dilengkapi pendingin ruangan, kalau tidak, ya ampun, sudah tentu jilbabku sudah
penuh dengan peluh keringat. Akupun berusaha membunuh kebosanan dengan membuka
facebook dan fasilitas chatnya via smartphone. Dan tak lama, kakak itupun
menyapaku.
“Assalamualaikum An, lagi dimana?”
“di mobil kak, lagi otw ke jawa, duh
macet”
“hoo.. mudik kemana?”
“ke pasuruan kak.”
“oh.. disana oleh-olehnya apa ya?
Saya titip oleh2 yak. Haha”
“hm.. ada sih kak, paling kerupuk2
gitu doank. Hehe. Boleh, insyaAllah, nanti gimana ngasihnya kak?”
“hoo.. nanti kita ketemu aja, di
kampus saya atau kampus Ani.”
“eh.. jangan ya kak, nanti saya
titip aja dimana gitu..”
“eh iya deh.. maaf ya, nanti kita
liat lagi gimana caranya”
“sip deh kak.. eh iya kak, udahan
dulu yak, ada yang mau dikerjain. Assalamualaikum”
“walaikumsalam”
Ya Robb, bukannya tidak mau bertemu
dengannya, tapi sepertinya pertemuan khusus berdua itu, masih agak janggal
bagiku. Dan akupun berniat, aku akan membeli oleh-oleh untuk kakak itu.
Kenanganku pun kembali berputar,
sembari keluar dari kamar, akupun mengingat kembali saat ia pertama kali
bekerja di sebuah anak perusahaan BUMN. Perusahaan yang cukup besar kurasa.
Akupun senang saat tahu bahwa tak sampai 3 bulan ia menganggur dan berhasil
mendapat pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikannya.
“Selamat kak. Sukses selalu :) ”, sekilas pesan itu
pun tertulis di dinding facebooknya, dan ia hanya membalas dengan senyuman dan
ucapan terima kasih. Dan kurasa sejak itu kami pun jarang berinteraksi. Sekedar
menyapa lewat facebook, ataupun terkadang lewat SMS.
Kini dia mengirim SMS untuk sebuah
permintaan yang sesungguhnya berat bagiku. Ah, kenapa, tak ada alasan kuat aku
menolaknya. Ia ikhwan yang baik, tokoh di kampusnya, dengan beragam prestasi
yang terbilang ‘wow’. Tapi.. bismillah. Akupun membalas sms-nya.
“saya istikhoroh dulu ya kak, saya
mesti nanya bapak, ibu, dan Mbak Liqo dulu”
“Oke, saya tunggu ya.”
Dan akupun meminta petunjuk padaNya.
Semoga yang terbaik.
*bersambung
cie cieeee!! *kenapa 'ani' sih namanya kak? :p
ReplyDelete