Yap.. Kami tertawa bersama, tergelak dalam romantisme yang tak ternilai. Tentang kebodohan, kelucuan, dan keharuan di waktu itu, sebuah masa di mana semua mimpi dirajut dan kini kami memutarnya kembali dalam sebuah diskusi hangat.
Beberapa jamnya sebelumnya, aku datang kembali ke kampus dengan sebuah undangan dari teman-teman legislatif fakultas, hujan rintik mengiringiku memasuki gerbang kampus, tempat ini, selalu ada yang dirindukan darinya..
Ah tak disangka, mushola itu, kini tak lagi identik dengan istilah kandang burung, sekarang sudah permanen bung..! Catat, Mushola permanen di Psikologi UI. kalaulah bisa, aku akan memberinya nama mushola perjuangan.
Akupun sempat bertemu dengan beberapa karyawan perpustakaan yang dulu kurepotkan dalam penyusunan skripsi, beberapa aku lupa namanya, eh.. mungkin semuanya. haha. Selain itu aku juga bertemu dengan dua orang saat hendak sholat Ashar dan mereka kukenal cukup baik karena setia melayani mahasiswa di mahalum, tiap pemburu beasiswa harusnya mengenali mereka, Pak Pur dan Pak Lili, dan tak banyak yang berubah dari perawakan mereka disamping beberapa helai rambut keputihan yang kian terlihat.
Ba'da Sholat Ashar, setelah beberapa menit briefing dimulailah debat dan eksploring kandidat MPMI (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa jalur Independent). Diminta jadi Panelis, akupun tak terlalu banyak memberikan pertanyaan yang menyudutkan mereka, ya sudahlah, berikan saja pertanyaan yang memang membangun, karena aku tahu, tak mudah menjalankan roda organisasi, terlebih MPM.
Sepuluh menit sebelum sesi panelis berakhir, hape ku berbunyi, dan kulihat ada pesan masuk. "Sorry gar baru bales, SMS lo ke skip, makasih ya, eh iya, lo lagi di kampus ya? jadi panelis? yah, gw udah pulang." ternyata dari Cune, "iya ne, sama2, iya nih, padahal gw udah kangen ngobrol. haha."
Sesi panelispun berakhir, Sholat maghrib, dan satu lagi kawan yang hadir, Muhammad Akhyar, mahasiswa Insos (inget ya, Insos, bukan Ansos) yang sedang pusing mikirin tugas, hehe, dan tak ada yang berubah, ia tetap dengan gayanya yang tak biasa dengan ungkapan-ungkapan nyeleneh cerdasnya. hehe..
tak lama, SMS pun kembali masuk, "bro.. Ane di kancil yo", weits, Jati, pasti bersama Dea, sang istri. Si calon bapak yang kini giat mengembangkan e learning di kampus. Si calon bapak yang dulu sering kali berseberangan dengan bapak Akhyar. haha. *sampe sekarang kayaknya.
Akupun mengajak akhyar dan dimulailah diskusi itu. haha.. senangnya berdiskusi dengan kalian, dari masalah di fakultas, senior yang kayaknya gak ada kerjaan karena masih aja intervensi junior2nya di kampus, tentang kandidat KaBEM UI yang cuma satu calon, poligami, pacaran, birokrasi, tauhid, halah banyak banget dah, dan sepertinya bakal terus lanjut kalau si bapak Akhyar gak dipanggil untuk konsultasi tentang tugas S2 nya.
Diskusi itu pun berakhir, kalau lah ada Cune, nila, farah, input, Jarwo, dkk mungkin akan lebih lengkap. hehe. Terima kasih kawan, diskusi dengan kalian me-recharge kembali energi positif, membuatku semangat menjalani hari esok yang penuh rutinitas. setidaknya menyadarkanku bahwa kehidupan tak sebatas kubikal kantor, masih ada hal-hal yang menarik diluar sana dan masih ada orang-orang baik seperti kalian.
makasih tegar :) yeah, that's why i'd love my job in campus. berasa muda terus!
ReplyDelete