Wednesday 4 December 2013

Talent dan Exciting Enterprise


“Poin yang terakhir dari IPC Way adalah mengembangkan tempat bekerja yang exciting. Apa maksudnya exciting? Exciting tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menggairahkan, membuat kita rindu untuk kembali datang ke tempat kerja”

-R.J. Lino, CEO IPC (PT Pelabuhan Indonesia II), dalam pidato upacara HUT RI ke 68 di Kantor Pusat IPC-

Exciting Enterprise, perusahaan yang luar biasa, menggairahkan, dan menyenangkan. Tentunya tak ada orang yang tak menginginkan untuk bekerja di perusahaan seperti ini. Perusahaan yang membuatnya nyaman dan termovitasi dalam bekerja.  Dimana tiap pekerja di dalam perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Lalu apa saja faktor-faktor yang membuat seseorang merasa Excited, bergairah, dan rindu untuk kembali ke tempat kerja?

Ada bermacam faktor yang mungkin membuat seseorang merasa Excited dengan perusahaannya. Entah karena gaji tinggi, fasilitas kesehatan yang menarik, peluang karir yang menjanjikan atau sekedar mengejar status sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan besar. Faktor-faktor itu dapat saja dijadikan tolok ukur yang dapat memotivasi karyawan untuk selalu excited dalam bekerja.

Tapi kini sesuatu yang sifatnya tangible tersebut (gaji, fasilitas kesehatan, dll) tak selalu membuat seorang karyawan atau calon karyawan tertarik untuk bekerja di sebuah perusahaan. Karena kini, minat dan talent seseorang sedikit banyak mengarahkannya untuk memilih sendiri, perusahaan mana yang membuatnya excited dan termotivasi dalam bekerja.

Talent dan Exciting Enterprise

Rohah Shah adalah pemuda 20 tahun dan sekaligus sebagai mahasiswa Universitas Illinois dengan beragam prestasi di kampusnya. Nilai akademik yang tinggi, aktif dalam dewan mahasiswa di kampus, menguasai 3 bahasa, dan asisten dosen nampaknya cukup menggambarkan betapa Shah adalah seorang mahasiswa berprestasi.

Dengan berbagai capaian tersebut, tak sulit bagi Shah untuk melamar di sebuah perusahaan besar yang diimpikan banyak orang. Dibandingkan mengejar gaji tinggi, status sebagai karyawan perusahaan ternama, dan berbagai fasilitas wah lainnya, ia justru lebih mengikuti talent dan passionnya di bidang IT, hingga ia pun mengajukan diri sebagai karyawan magang terlebih dulu di perusahaan IT sekelas Google.

Shah melamar secara online, sebuah prosedur wajib bagi orang-orang yang tertarik bekerja ataupun magang di Google.  Ia pun mengisi formulir, mengirimkannya kembali lewat email disertai dengan surat lamaran, nilai akademik dan catatan aktivitas organisasi yang ia ikuti. Beberapa waktu kemudian, Shah menerima email dari Google, sebuah undangan wawancara untuk posisi karyawan magang selama musim panas. Mendapat email itu, Shah sangat senang. Dia tak mau melewatkan kesempatan itu. Apa lagi, kompetisi untuk masuk Google sangat ketat. Menurut juru bicara Google, Google hanya menerima 1.500 anak magang dari 40 ribu yang melamar setiap tahunnya.

Yang menarik adalah, talent dan minat Shah di suatu bidang sangat diperhatikan dalam proses seleksi. Ada dua proses wawancara yang diikuti Shah,  Wawancara yang bersifat teknikal terkait bidang IT melalui telepon dan wawancara secara langsung dengan beberapa tim dari Google. Setelah beberapa kali wawancara, akhirnya tim dari Google membantu Shah memilih divisi yang cocok sebagai tempat magangnya. Singkat cerita, dalam waktu 3 bulan setelah mengirim lamaran online, Shah resmi magang di Google. Dia bergabung dengan divisi Android, sesuai dengan hobi dan talent yang dikuasainya.

Dari kisah Rohah Shah di atas, kita dapat melihat bahwa talent dan exciting enterprise memiliki keterkaitan satu sama lain. Dimana talent Shah di bidang IT mempengaruhi dirinya untuk bekerja di sebuah perusahaan yang dilihatnya sebagai perusahaan yang exciting. Talent sendiri di dalam dunia kerja tidak hanya didefinisikan dan diartikan secara harafiah sebagai bakat. Tapi lebih dari itu, ketika kita membicarakan talent, kita juga membicarakan tentang orangnya.

Orang yang memiliki talent adalah orang yang memiliki kompetensi atau kemampuan di atas rata-rata sehingga membuat dia mampu untuk perform sangat baik dibanding dengan orang-orang di sekelilingnya (average performer). Untuk mendefinisikan talent sendiri, kita harus bagi menjadi dua antara Performance dan Potency.

Performance sendiri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menampilkan talent dan minatnya pada suatu bidang. Ada dua jenis performance yang ada pada diri seseorang, high performance dan low performance. High performance adalah kemampuan seseorang menampilkan talent dan minatnya dengan sangat baik pada suatu bidang, ia mampu menunjukkan kinerja di atas rata-rata dibandingkan orang lain. Sebaliknya low performance adalah ketidakmampuan seseorang menampilkan talent dan minatnya, sehingga ia menunjukkan kinerja dibawah rata-rata.

Sedangkan potency adalah kemampuan yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan ke depannya. Potency seseorang secara umum tercermin dari caranya berkomunikasi, hasil tesnya (misalnya tes IQ), histori prestasinya dan lain-lain. Ada dua jenis potency pada diri seseorang, high potency dan low potency. High potency adalah kemampuan seseorang yang dapat dikembangkan dengan lebih besar di masa mendatang, dan low potency adalah kemampuan seseorang yang sulit dikembangkan walaupun tersedia banyak peluang bagi orang tersebut.

Talent, IPC, dan Exciting Enterprise

Melihat dinamika SDM kini yang tak hanya seputar hal-hal yang tangible (gaji, tunjangan fasilitas dll), maka idealnya IPC yang mengusung misi sebagai world class port operator mampu menjawab tantangan yang ada kini dalam mengembangkan Exciting enterprise bagi karyawannya. Dimana nantinya telah ada skema atau planning yang terstruktur dan detail mengenai pengembangan talent di dalam perusahaan.

Secara umum di banyak perusahaan, pengembangan talent merupakan proyek besar dalam rangka menyiapkan calon-calon karyawan potensial dan pemimpin perusahaan di masa mendatang. Mereka yang High potential dan high performance diharapkan dapat dikembangkan kompetensinya dan diarahkan sesuai career path yang ada dalam sebuah perusahaan. Dikumpulkan dalam sebuah wadah yang dikenal dengan nama talent pool. Sedangkan karyawan yang high potential dan low performance dapat di coach, serta dimotivasi agar nantinya dapat meningkatkan performance-nya dan mampu bergabung dengan high potential dan high performance di dalam rencana jangka panjang perusahaan.

Tentunya tak mudah mensinergikan talent seorang karyawan dengan misi dan budaya yang ada di sebuah perusahaan khususnya IPC. Tapi dengan melihat kondisi faktual yang ada, IPC sebagai salah satu perusahaan yang sedang bertransformasi dalam banyak hal, idealnya mampu menciptakan peluang bagi talent-talent yang ada untuk berkembang dan membuat mereka merasa excited dalam bekerja karena sesuai dengan talent yang mereka miliki. Hingga harapannya, exciting enterprise yang kini dikembangkan lewat culture transformation IPC dapat menjadi kenyataan dan tak sekedar slogan semata.