Thursday 29 November 2012

Catatan Hari ini : 28 November 2012

Yap.. Kami tertawa bersama, tergelak dalam romantisme yang tak ternilai. Tentang kebodohan, kelucuan, dan keharuan di waktu itu, sebuah masa di mana semua mimpi dirajut dan kini kami memutarnya kembali dalam sebuah diskusi hangat. 

Beberapa jamnya sebelumnya, aku datang kembali ke kampus dengan sebuah undangan dari teman-teman legislatif fakultas, hujan rintik mengiringiku memasuki gerbang kampus, tempat ini, selalu ada yang dirindukan darinya..

Ah tak disangka, mushola itu, kini tak lagi identik dengan istilah kandang burung, sekarang sudah permanen bung..! Catat, Mushola permanen di Psikologi UI. kalaulah bisa, aku akan memberinya nama mushola perjuangan.

Akupun sempat bertemu dengan beberapa karyawan perpustakaan yang dulu kurepotkan dalam penyusunan skripsi, beberapa aku lupa namanya, eh.. mungkin semuanya. haha. Selain itu aku juga bertemu dengan dua orang saat hendak sholat Ashar dan mereka kukenal cukup baik karena setia melayani mahasiswa di mahalum, tiap pemburu beasiswa harusnya mengenali mereka, Pak Pur dan Pak Lili, dan tak banyak yang berubah dari perawakan mereka disamping beberapa helai rambut keputihan yang kian terlihat.

Ba'da Sholat Ashar, setelah beberapa menit briefing dimulailah debat dan eksploring kandidat MPMI (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa jalur Independent). Diminta jadi Panelis, akupun tak terlalu banyak memberikan pertanyaan yang menyudutkan mereka, ya sudahlah, berikan saja pertanyaan yang memang membangun, karena aku tahu, tak mudah menjalankan roda organisasi, terlebih MPM.

Sepuluh menit sebelum sesi panelis berakhir, hape ku berbunyi, dan kulihat ada pesan masuk. "Sorry gar baru bales, SMS lo ke skip, makasih ya, eh iya, lo lagi di kampus ya? jadi panelis? yah, gw udah pulang." ternyata dari Cune, "iya ne, sama2, iya nih, padahal gw udah kangen ngobrol. haha."

Sesi panelispun berakhir, Sholat maghrib, dan satu lagi kawan yang hadir, Muhammad Akhyar, mahasiswa Insos (inget ya, Insos, bukan Ansos) yang sedang pusing mikirin tugas, hehe, dan tak ada yang berubah, ia tetap dengan gayanya yang tak biasa dengan ungkapan-ungkapan nyeleneh cerdasnya. hehe..

tak lama, SMS pun kembali masuk, "bro.. Ane di kancil yo", weits, Jati, pasti bersama Dea, sang istri. Si calon bapak yang kini giat mengembangkan e learning di kampus. Si calon bapak yang dulu sering kali berseberangan dengan bapak Akhyar. haha. *sampe sekarang kayaknya.

Akupun mengajak akhyar dan dimulailah diskusi itu. haha.. senangnya berdiskusi dengan kalian, dari masalah di fakultas, senior yang kayaknya gak ada kerjaan karena masih aja intervensi junior2nya di kampus, tentang kandidat KaBEM UI yang cuma satu calon, poligami, pacaran, birokrasi, tauhid, halah banyak banget dah, dan sepertinya bakal terus lanjut kalau si bapak Akhyar gak dipanggil untuk konsultasi tentang tugas S2 nya.

Diskusi itu pun berakhir, kalau lah ada Cune, nila, farah, input, Jarwo, dkk mungkin akan lebih lengkap. hehe. Terima kasih kawan, diskusi dengan kalian me-recharge kembali energi positif, membuatku semangat menjalani hari esok yang penuh rutinitas. setidaknya menyadarkanku bahwa kehidupan tak sebatas kubikal kantor, masih ada hal-hal yang menarik diluar sana dan masih ada orang-orang baik seperti kalian.



Saturday 24 November 2012

Islam, Akhlaq Mulia, dan sesuatu yang mengusik.




Baiklah, mari kita sepakati bahwa Agresi Israel tidak pantas disebut perang, karena nyatanya, satu pihak tidak memiliki persenjataan yang memadai dan hanya dapat membalas seadanya, sedangkan Israel terus saja menyerang. Ini bukan perang, ini pembersihan etnis, begitu yang dikatakan Noam Chomsky, pakar linguistik dari MIT.

Kita adalah produk dari sebuah paham dan ajaran yang menjunjung tinggi akhlaq mulia, hatta kepada orang yang kita musuhi. Jangan menutup mata bahwa sejarah mencatat bahwa Futuh Mekkah adalah sebuah produk dan gaya yang tidak biasa dalam merayakan kemenangan saat itu, dimana biasanya pihak yang kalah dibantai oleh pihak yang menang. Atau ketika Shalahuddin Al Ayyubi mengobati Richard The Lion Heart yang sedang sekarat di dalam tendanya ketika perang salib masih berlangsung. Atau ketika Umar ibnul Khattab menggendong sendiri gandum lalu memasaknya hanya karena melihat salah satu rakyatnya kelaparan.

Jadi walau bagaimanapun laknatnya Israel, tak pantas bagi seorang muslim berperilaku sama dengan mereka, karena memang, Islam adalah kemuliaan, ia produk bagi dunia, rahmat bagi seluruh alam, tidak sama dengan para penjahat itu. Maka sangat disayangkan bila berita penyeretan mayat mata-mata Israel oleh Mujahidin Gaza adalah benar. Karena berita itu sangat mengusik, fitrah manusiapun tak membenarkan hal itu. Atau ketika sweeping yang dilakukan serampangan oleh sebagian oknum pendemo terhadap restoran cepat saji yang identik dengan produk Amerik, itu juga sangat mengusik. Atau ketika seorang muslim mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak pantas kepada Israel atau Amerika, itu juga sangat mengusik. Ia mengusik karena Islam adalah sebuah kemuliaan, walau itu dilakukan oleh seorang muslim sekalipun.

Izzah, heroisme, integritas, kasih sayang, adalah kata kunci yang kerap kali ditampilkan Rasul selama hidupnya. Sesuatu yang memang sudah menjadi takdir beliau dan sesuatu yang dapat dicontoh oleh semua manusia yang menginginkan kehidupan yang mulia. Ya karena kemuliaan itu sesuatu yang indah bahkan ketika ia tertutupi lumpur sekalipun.

Saturday 17 November 2012

Kita dan Palestina

Ada yang bilang hubungan sedarah dari ayah ke anak, adik ke kakak, ataupun ibu ke putra-putrinya adalah bentuk ikatan yang paling kuat. Ada benarnya, dan memang sudah selayaknya ikatan kekerabatan semacam itu dihargai sebagai representasi hubungan paling kuat antar sesama manusia. Tidak ada keraguan dan setiap orang sepakat dengan hal ini.

Namun jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya ada gak sih ikatan paling kuat dibandingkan hubungan kerabatan?  sebagian dari kita mungkin menjawab, tidak ada. ya karena mau bagaimana pun yang namanya garis keturunan tidak akan bisa dihapuskan. mau bagaimanapun jeleknya dia, mau bagaimanapun bejatnya dia, kalo kita dilahirkan dari rahimnya, ya dia tetap (misalnya) ibu kita. Darahnya sama dan sebagian dari diri kita berasal dari dia.

Iman sebagai batasnya

Pernah baca Surah Al A'rof ayat 172-173 ? saya coba tulisin deh.


Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” [QS. Al-A’rof (7): 172-173].

ternyata terlepas siapa orang tua kita, dan apa yang terjadi pada kita nantinya setelah dilahirkan. Allah  Azza Wa jalla telah lebih dulu mengambil persaksian kepada calon-calon manusia yang bakal lahir bahwa Allah adalah Rabb mereka, tuhan mereka, pemilik mereka dan pencipta mereka. Agar nantinya manusia gak protes bahwa mereka tidak pernah tahu siapa tuhan yang patut disembah disebabkan orang tua mereka tidak meng esakan Allah. lalu muncul pertanyaan,
loh kalau gitu Allah gak adil donk, enak banget yang dapet orang tua muslim, bisa langsung beriman.
Bos, itu beda lagi babnya, kita bahas lebih lanjut nanti di bab Hidayah. balik lagi, nah, sekarang sudah jelas, bahwa terlepas siapa orang tua kita, Allah adalah pemilik kita sebenarnya. Dari Allah dan akan kembali pada Allah. Orang tua hanya dititipkan saja. pemilik sesungguhnya ya Allah.

Jika dia beriman pada Allah dan Rasulnya, dia tetap pada fitrahnya. Tunduk dan patuh pada penciptanya. Jika tidak beriman ya dia telah keluar dari sebuah lingkaran keimanan yang secara otomatis membuatnya lepas dari tanggung jawab Rabbnya. itu sebabnya Aqidah yang kuat ibarat tali yang kokoh (Albaqorah 256) dan takkan putus yang dapat dijadikan pegangan bagi manusia

Jika Aqidah adalah sebuah tali yang kokoh dan pegangan erat bagi manusia agar tidak tersesat dan jatuh, maka persaudaraan yang dilandaskan akidah logikanya adalah persaudaraan yang paling kuat, bahkan melebihi ikatan kekerabatan. loh kok bisa? lah iya donk, kan kita ini sama-sama ciptaan Allah, yang beriman pada Allah, maka dari itu kita yang satu iman dan satu ciptaan otomatis bersaudara, yang diluar itu berarti gak masuk itungan.

Bukannya memandang remeh ikatan kekerabatan, orang tua-anak, tapi memang Aqidah diatas segalanya, dan alangkah lebih baiknya jika orang tua dan anak sama-sama beriman. Tapi kalaupun beda aqidah, Islam tetap mencontohkan untuk berbuat baik kok kepada orang tua yang beda keyakinan. Seperti nabi Ibrahim kepada Ayahnya, dan perintah luqman untuk berlaku makruf dan baik kepada orang tua walaupun ia tidak beriman pada Allah.

Kita dan Palestina

sebagian dari kita bilang,
buat apa sih mikirin palestina, kayak di sini (indonesia) gak ada yang harus dipikirin aja, masalah di indonesia aja udah banyak, make mikirin urusan orang laen juga. urusin dulu tuh indonesia, baru urusin negara lain.
sekilas sih emang bener apa yang dibilang sama dia, kalau pakai view geografis dan suku kebangsaan, emang palestina masih jauh dari kita, mending mikirin yang deket2 aje. tapi balik lagi bos ke tulisan ane yang diatas, kalau ente muslim, berarti ente bersaudara sama muslim palestin. Ikatan persaudaraan berdasarkan aqidah itu hakikatnya ikatan paling kuat. Kalau ente merasa gak peduli atau kurang peduli sama nasib muslim-muslimah palestina, cuma ada dua indikasi. ente kurang iman, atau ente kurang ilmunya. karena kalau ente beriman dan punya Ilmu seharusnya ente peduli sama nasib sodara-sodara kita di palestin.

Sekarang palestina sedang dalam gempuran zionis laknatullah Israel. kini saatnya membuktikan bahwa kita bersaudara. Allahummanshurnal mujahidina wal muslimina fii Gaza. amiin.

Thursday 8 November 2012

Perkara Tauhid

Luqman berpesan pada anaknya.
"Wahai Anakku, Laa tusyrik billah, Jangan sekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzoliman yang besar." 
 dan itu adalah pesan utama dari seorang ayah kepada anaknya. Pesan pokok yang pertama kali di tekankan Luqman sebelum ia berpesan tentang nasihat-nasihat lainnya dalam surah Luqman.

Kedzoliman berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Seperti ketika seorang mekanik motor ditempatkan sebagai seorang perawat di rumah sakit. Itu salah satu bentuk kedzoliman. Atau ketika seorang Ibu tidak diperlakukan layaknya seorang Ibu yang harus dihormati, dikasihi oleh anak-anak dan keluarganya. Itu juga salah satu bentuk kedzoliman.

Maka sangatlah tepat ketika Luqman berkata bahwa menyekutukan Allah merupakan kedzoliman yang paling besar. Karena orang-orang yang menyekutukan Allah menempatkan Allah tidak pada tempatnya. Dzat yang maha pencipta, maha pengasih, maha penolong, pengampun dan sebagainya disandingkan dan disekutukan dengan sesuatu yang jauh lebih rendah daripadaNya.

Jadi tidak mengherankan jika risalah kenabian para Rasul sebagian besar dan yang paling utama adalah menyerukan manusia untuk tunduk dan patuh hanya kepada Allah yang sesungguhnya dan sebenarnya harus disembah. Para Rasul ibarat para Pendobrak, pejuang yang merevolusi tradisi penyembahan antar makhluk, entah seorang manusia dengan patung, pohon, jin atau dengan sesama manusia lainnya menjadi hanya menyembah dan tunduk kepada Allahu Robbul 'Alamin.

Pastinya perkara mentauhidkan Allah bukanlah sesuatu yang mudah. Manusia cenderung memiliki ego untuk menguasai dan memiliki segala sesuatu hanya untuk dirinya. Ia ingin menguasai manusia lainnya untuk menjalankan dan memenuhi semua keinginannya, itu memang kodrat manusia, harta dan tahta, dua hal yang jadi tujuan manusia. Sehingga begitu sulit jika dua hal itu semata-mata diserahkan hanya kepada Allah semata. Jadi tidak heran mengapa pemuka kafir Quraisy begitu enggannya menerima risalah Rasulullah karena mereka paham, jika sekali bertauhid, mereka harus konsekuen dengan pilihan mereka. Menyerahkan segala milik mereka, baik harta, tahta, dan diri sendiri hanya untuk Allah satu-satunya.

Perkara tauhid bukan perkara main-main, sekali kufur dan musyrik, maka Allah menjanjikan tempat yang abadi di neraka kelak, Naudzubillah. Bahkan jikalau mereka insyaf, mereka tidak sekedar memohon ampun pada Allah, tapi harus benar-benar bertaubat dan itupun belum tentu ada jaminan ampunan. Sedangkan orang-orang yang beriman dan memurnikan tauhid mereka, balasannya adalah ganjaran yang berlipat dari Rabbnya.

Sungguh perkara tauhid adalah perkara paling intim dari diri manusia. Hanya dirinya dan Robbnya saja yang tahu. dan beruntunglah orang-orang yang berhasil membangun hubungan yang romantis dengan Robbnya, Allahu 'Azza Wa Jalla.