Wednesday 31 December 2008

Pembantaian Etnis, Sebuah Kejahatan Perang israel

Hingga berapa lama para pemimpin dunia menutup mata bahwa serangan Israel merupakan sebuah kejahatan perang. Yang dapat diganjar dengan sebuah hukuman sangat berat. Jika sebelumnya beberapa pemimpin dunia berpendapat bahwa serangan yang dilakukan Israel merupakan hal yang wajar. yang dianggap merupakan serangan balasan terhadap Hamas. Coba saat ini mereka jelaskan mengapa bantuan terhadap rakyat Palestina turut diserang oleh tentara Israel?

Hal ini terjadi saat beberapa kapal yang mengangkut bantuan kesehatan dan pangan dari
Libanon diserang oleh kapal-kapal patroli Israel. Tanpa sebab yang jelas dan provokasi
sebelumnya kapal-kapal patroli Israel menyerang kapal pengangkut bantuan itu yang sebenarnya masih berada di perairan internasional.

Melihat hal ini saya langsung teringat akan peristiwa pembantaian etnis yang dilakukan
Serbia pada rakyat Kosovo dan Bosnia. Dimana saat itu rakyat Kosovo dan Bosnia diupayakan untuk hilang dari muka bumi oleh tentara Serbia. Dengan dibunuh, disiksa, dan dihambatnya bantuan dari dunia internasional untuk masuk ke daerah Bosnia. Saat itu pun alasan yang sama diberikan oleh Serbia. Mereka berpendapat bahwa hal ini dilakukan untuk menekan kelompok separatis Bosnia.

Dunia internasional pun memberikan reaksi atas tindakan yang dilakukan oleh tentara pimpinan Slobodan Milosevic ini. Hingga singkat cerita, Slobodan Milosevic dicap sebagai penjahat perang dan dinyatakan bersalah atas pembantaian etnis di Bosnia oleh mahkamah internasional. Serupa dengan serbia, Israel pun melakukan hal yang sama. Tapi mungkin bedanya Slobodan Milosevic tidak punya saham atas beberapa kekuatan besar di dunia saat itu. Serbia tidak punya andil ataupun jasa terhadap beberapa negara barat. Hingga tak lagi berharga untuk dapat dipertahankan. Berbeda dengan Israel, Mereka mungkin telah menancapkan kukunya ke dalam titik-titik vital negara-negara barat. Hingga negara-negara itu tunduk pada keinginan Israel.

Ironis, karena kita tahu dan melihat kejadian ini tapi sekedar mengecam tanpa bisa berbuat
banyak. Terlebih lagi dilakukan di depan para pemimpin dunia yang tak lagi punya kekuatan
untuk mencegah kejahatan perang Israel Laknatulloh.

Sunday 28 December 2008

Karakter Iran dan serangan Israel ke Palestina

Dunia tidak pernah melihat kejadian (serangan) ini sebelumnya
-ismael haniyeh, pemimpin hamas-

Gencatan senjata harus dilakukan, tapi kami memaklumi penyebab israel melakukan penyerangan ke gaza -juru bicara washington-

Israel harus membayar serangan mereka ke gaza. Dan kami siap melakukan serangan balasan terhadap israel. sementara itu kami akan mengirimkan bantuan secepatnya melalui jalur laut.
-Ahmadinejad, Presiden Iran-

*berunding, berdiskusi, berunding* - Liga Arab-

Dunia kembali disuguhi sebuah tayangan, pilu dan menyedihkan, dari sudut dunia bernama palestina. seolah tak pernah bosan , penduduk dunia kembali dicekoki (atau mencekoki dirinya sendiri) terhadap sebuah pemandangan. Dimana manusia setengah mati bertahan membela hidup dan kehidupannya. Bertahan dari serangan mematikan negara dan otoritas tertinggi dunia saat ini, Israel.

Serang menyerang, hantam menghantam, memang tak sekali ini terjadi. Bertahun-tahun, bahkan berabad-abad yang lalu telah dimulai. Diawali dari diaspora bangsa yahudi di dunia hingga mereka berkumpul dan memplokamirkan negara Israel di tanah bangsa Palestina. Sejak itulah berbagai tayangan memilukan terjadi pada bangsa Palestina.

Tak sedikit upaya yang dilakukan untuk mereduksi dampak dari pertikaian antar kedua bangsa. Uniknya dilakukan oleh negara ataupun institusi terkait yang memiliki kepentingan tertentu di wilayah timur tengah. Bukannya dari kedua bangsa yang bertikai. Maka tak heran pertikaian terus terjadi walau telah dimediasi oleh mereka yang berkepentingan. Karena mereka memang tak bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Tapi hanya untuk mengambil keuntungan dalam pertikaian. Amerika dalam hal mempertahankan hegemoninya di asia barat dan hutang moril dan materiilnya pada Israel, Liga Arab dalam hal menjaga aset mereka di wilayah arab, dan PBB dalam hal menaikkan kredibilitas mereka sebagai institusi pemersatu negara di dunia.

Jadi tak perlu heran jika untuk serangan yang ke sekian kalinya ini. Amerika sekedar menyarankan Israel untuk memulai gencatan senjata. Liga arab sekedar berunding dan mengecam serangan. PBB hanya berusaha mengatakan pada israel untuk menghentikan serangannya ke palestina. Dimana semuanya merupakan reaksi basa basi terhadap aksi Israel. Namun, diantara reaksi basa basi itu muncul reaksi yang berbeda. Apalagi kalau bukan dari Iran, negara dengan tingkat dendam paling tinggi setelah Palestina terhadap Israel terutama Amerika.

Iran dalam hal ini memang punya sejarah panjang dan buruk dengan Amerika. Tentunya tak lepas dari revolusi iran yang menggulingkan rezim Syah reza Pahlevi. Digantikan Khomeini yang tidak seperti pahlevi yang di back up amerika dalam kebijakan-kebijakannya. Khomeini berbeda, ia anti amerika dan mengutuk tindakan semena-mena amerika pada penduduk dunia dan juga Iran.

Dendam itu yang sampai sekarang dibawa oleh Iran terhadap amerika. Semakin menjadi-jadi kala Iran di embargo oleh PBB yang dipelopori oleh Amerika sebagai penggagasnya. Sehingga kini tak perlu dipertanyakan mengapa Iran begitu membenci Amerika dan secara tidak langsung selalu menjadi oposisi bagi berbagai kebijakan Amerika di dunia.

Tapi memang Iran dalam hal ini kelompok syiah, akrab dengan dendam dan budaya mendendam. Tengoklah sejarah panjang terbentuknya aliran ini. Diwarnai oleh dendam mereka terhadap Abu Bakar, Umar, Usman yang dianggap merebut kekhalifan dari Ahlul Bait Rasululloh Ali Bin Abi Thalib. Dimana hingga kini tak ada satupun i'tikad mereka untuk memperbaiki kesalahan dalam menilai sahabat utama rasul tersebut. Yang mereka ingat selalu dalam ritual hari assyuro mereka. Padahal sudah bertahun-tahun bahkan berabad-abad terjadi tapi tetap saja mereka mendendam dan membenci sahabat utama rasul.

Jadi? pertanyaannya adalah, mereka memang membenci amerika karena amerika menyerang kaum muslimin ataukah karena sifat mendendam mereka yang sudah menjadi karakter yang inhibit pada diri mereka??

Entahlah, yang jelas ada baiknya juga mereka menunjukkan keberpihakan terhadap rakyat palestina. Disaat sebagian besar negara dengan aliran sunni, Ahlussunnah yang mengikuti jejak rasul dan sahabat, bungkam dan diam tak berdaya melihat kekejaman Israel Laknatulloh.


Wednesday 24 December 2008

[buah dari KAUP] Pacaran Sebagai Seleksi Pasangan Hidup..Lanjutan.

Tulisan ini sekedar melanjutkan tulisan sebelumnya. Berkisar penyusunan, pembahasan dan hasil dari alat ukur ini, yaitu pacaran. sebelumnya saya akan mereview beberapa hal, pertama adalah komponen utama dari pacaran.

Adapun komponen utama dari pacaran diidentifikasikan sebagai berikut:
(1)bertemu di suatu tempat yang telah ditetapkan bersama untuk berkasih-kasihan
(2) dilakukan dengan kekasih atau teman lain jenis yang tetap
(3) perilaku menyenangkan yang diinginkan oleh pasangannya yang lain.
hal ini berdasarkan beberapa definisi dari landasan teori, bisa dilihat di tulisan sebelumnya.

Dari ketiga komponen ini diturunkan menjadi item-item berupa tingkah laku. Karena pacaran berupa perilaku. Unik memang, karena pacaran merupakan alat ukur aplikatif yang berbeda secara content dan sistematika penyusunan. Dimana alat ukur yang biasanya dibuat dalam KAUP berupa tes paper & pencil. Yang item-itemnya berupa inventory atau pernyataan yang menggambarkan keadaan diri seseorang.

Dilihat dari tiga komponennya, maka kita dapat membuat beberapa item atau indikator tingkah laku yang diturunkan dari komponennya.
(1).bertemu di suatu tempat yang telah ditetapkan bersama untuk berkasih-kasihan
itemnya:
a. berjalan-jalan ke tempat rekreasi ataupun pusat perbelanjaan sembari bercerita mengenai diri dan perasaan masing-masing.

b. menikmati suasana lokasi pertemuan untuk dijadikan sarana dalam memberikan kenyamanan bagi pasangan.

(2) dilakukan dengan kekasih atau teman lain jenis yang tetap
 itemnya :
a. adanya komitmen berupa lisan ataupun kalau perlu tulisan yang menyatakan bahwa mereka akan saling berhubungan satu sama lain secara spesial. Spesial berarti bentuk yang berbeda dengan jenis hubungan yang lain.

b. komitmen yang dijalankan sifatnya berlangsung dalam jangka waktu relatif lama. tidak sekedar komitmen yang terjadi secara singkat.

c. dilakukan oleh dua orang yang berjenis kelamin berbeda. (bila sama berarti bukan pacaran, berdasarkan sumber yang saya dapatkan)

(3) perilaku menyenangkan yang diinginkan oleh pasangannya yang lain.
itemnya:
a. membelikan hadiah ataupun barang yang diinginkan pasangan selama masa pacaran.

b. memuji dan memperhatikan pasangan secara intensif.

c. walaupun salah seorang pasangan melakukan hal yang tidak menyenangkan, pasangan yang lain tetap memaklumi dengan berperilaku sesuai keinginan pasangannya tersebut.

d. bila terjadi perilaku tidak menyenangkan diantara pasangan. dan itu bukan keinginan dari pasangannya yang lain. maka ini bukan termasuk pacaran.

Setelah kita menyusun item-item dalam sebuah kerangka yang utuh. Maka selanjutnya adalah mencocokkan item tersebut dengan kondisi faktual di lapangan. Pencocokkan dilakukan berdasarkan interview singkat dari beberapa narasumber yang include dalam pacaran. Sehingga nantinya dapat menjawab apakah pacaran sebagai alat ukur dapat digunakan sebagai seleksi dalam memilih pasangan hidup?. Berikut ini beberapa item yang dibahas.
Komponen pertama:
a. berjalan-jalan ke tempat rekreasi ataupun pusat perbelanjaan sembari bercerita mengenai diri dan perasaan masing-masing.
hubungan dengan pemilihan pasangan: berjalan dan bercerita satu sama lain di tempat rekreasi cukup dapat dijadikan sarana untuk menyeleksi pasangan hidup ideal. namun tentunya apakah ketika pacaran hal ini selalu dilakukan untuk menyeleksi pasangan? bisa saja dilakukan disaat dan untuk tujuan tertentu saja.Sehingga tidak dapat melihat apakah pacaran benar-benar dapat menyeleksi pasangan hidup.

Komponen kedua:
b. adanya komitmen berupa lisan ataupun kalau perlu tulisan yang menyatakan bahwa mereka akan saling berhubungan satu sama lain secara spesial. Spesial berarti bentuk yang berbeda dengan jenis hubungan yang lain.
c. komitmen yang dijalankan sifatnya berlangsung dalam jangka waktu relatif lama. tidak sekedar komitmen yang terjadi secara singkat.
d. dilakukan oleh dua orang yang berjenis kelamin berbeda. (bila sama berarti bukan pacaran, berdasarkan sumber yang saya dapatkan)
hubungan dengan pemilihan pasangan: dalam memilih pasangan hidup salah satu yang harus ditekankan adalah komitmen. Karena pemilihan pasangan ini akan berlangsung selamanya, sepanjang hidup. Maka secara tidak langsung komitmen memang dibutuhkan. Tentunya berlangsung dalam jangka waktu yang tidak singkat. Sehingga mungkin saja item-item ini baik dalam menyeleksi pasangan hidup.

Komponen ketiga:
e. membelikan hadiah ataupun barang yang diinginkan pasangan selama masa pacaran.
f. memuji dan memperhatikan pasangan secara intensif.
g. walaupun salah seorang pasangan melakukan hal yang tidak menyenangkan, pasangan yang lain tetap memaklumi dengan berperilaku sesuai keinginan pasangannya tersebut.
h. bila terjadi perilaku tidak menyenangkan diantara pasangan. dan itu bukan keinginan dari pasangannya yang lain. maka ini bukan termasuk pacaran.
hubungan dengan pemilihan pasangan: item-item yang berada dalam komponen ini memang sedikit banyak dibutuhkan dalam pemilihan pasangan. Namun terdapat beberapa hal yang harus diingat. Pemilihan pasangan hidup sifatnya tidak sementara tapi sepanjang usia. sehingga dibutuhkan perilaku yang sifatnya konstan. Apakah subjek selalu dapat menyenangkan pasangannya tersebut? Sehingga berperilaku sesuai keinginan pasangannya dengan menyembunyikan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi pasangan. Maka yang akan terlihat adalah hal-hal yang sifatnya bungkus.

Kesimpulan.

Pacaran sebagai alat ukur merupakan alat ukur yang reliabilitasnya rendah. Berdasarkan uji reliabilitas manual dan seadanya yang dilakukan dengan menggunakan teknik pengujian interview sederhana. Dimana sebagian subjek melakukan hal (item) yang berbeda setiap kali berpacaran. Sehingga alat ukur ini belum konsisten dalam menyeleksi pasangan hidup ideal.

alat ukur ini validitas yang rendah. Karena tidak dapat mengukur item-item (tingkah laku) yang nantinya akan dialami oleh remaja dengan pasangan hidupnya nanti. sehingga item-item dalam pacaran secara tidak langsung tidak dapat membedakan individu yang akan berhasil menyeleksi pasangan hidupnya dengan yang tidak.


Diskusi

alat ukur ini tidak reliabel mungkin saja karena alat ukur ini tidak mengukur satu domain yang sama. Bisa saja alat ukur ini tidak mengukur bagaimana remaja dalam menyeleksi pasangan hidupnya. Akan tetapi hanya melihat keinginan remaja untuk mendapatkan hal-hal yang menyenangkan saja dari pasangannya(pacar).


Saran

Alat ukur ini perlu diperbaharui dengan konstruk yang lebih jelas dan diakui kebenarannya. Tidak hanya didasarkan pada keinginan dan hasrat pribadi dari remaja. Sehingga nantinya benar-benar dapat menyeleksi pasangan hidup yang ideal bagi remaja.




Sunday 21 December 2008

[buah dari KAUP] Pacaran sebagai Alat Ukur Seleksi Pasangan Hidup..

            Karena Masih berasa Aura KAUP, dan masih berdebar-debar menunggu hasilnya. Maka tadi secara tidak sengaja, iseng-iseng membuat bagian awal (lagi) dari proposal KAUP. Bedanya yang jadi alat ukur itu sebuah perilaku, behaviour. ini nih..
----------------------------------------------------------

BAB I
Pendahuluan

1.a. Latar belakang

            Ketika memasuki usia remaja, hal yang paling mengasyikkan adalah menikmati berbagai perubahan. Perubahan dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial (papalia, 2007). Tentunya yang membuat mengasyikkan adalah bertambahnya kualitas maupun kuantitas dari organ tubuh terkait aspek fisik, kognitif, maupun psikososial. Misalnya dari segi kuantitas adalah ukuran badan yang menjadi besar dan tumbuh pesat(ini fisik), otak yang bertambah volumenya(mungkin kognitif), dan teman-teman yang semakin banyak(bisa dibilang psikososial). Sedangkan dari segi kualitas misalnya gerakan tangan semakin luwes karena motorik halus yang semakin terasah(ini fisik), pola pikir telah beranjak dari concrete operational ke tahap format operational yang membuat remaja bisa berpikir abstrak(mungkin kognitif), dan terakhir adalah hubungan yang semakin erat dan dalam dengan teman-teman sebayanya(dan ini bisa dibilang psikososial).

            Dari ketiganya (baca:aspek fisik, kognitif, psikososial), aspek psikosial yang nampaknya paling menonjol dari remaja. Mungkin bisa kita lihat dari kondisi faktual yang kini terjadi. Dalam media-media, baik elektronik maupun cetak, masa remaja dicitrakan sebagai masa yang penuh dengan interaksi sosial yang mendalam dengan lawan jenis. Menghadirkan sisi-sisi penuh romantika antara dua insan remaja.

            Romantika diantara keduanya dianggap lumrah bagi sebagian pakar psikologi. Dalam teori perkembangan erikson bahkan dijelaskan teori dan manfaat hubungan romantika ini, yang sering kita sebut dengan pacaran. Menurut erikson dalam papalia (2007) ada beberapa fungsi pacaran yaitu sebagai sarana rekreasi, sumber kesenangan, sebagai status & prestasi, membantu proses sosialisasi, memberikan kesempatan untuk membentuk identitas diri, untuk memperjelas identitas diri dan untuk memisahkan diri dari keluarga, sarana untuk menyeleksi pasangan hidup.

            Terkait masalah menyeleksi pasangan hidup. Berarti secara tidak langsung pacaran dijadikan alat ukur untuk menyeleksi kemungkinan pasangan hidup bagi remaja. Dalam mengidentifikasi pasangan hidup ideal pada remaja dibutuhkan alat ukur yang reliabel, valid, dan memiliki item-item yang baik. Maka apakah pacaran dapat menjadi alat ukur seperti ini?

I.b. Permasalahan

Terdapat 3 masalah yang diangkat dalam penelaahan alat ukur ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah item-item dalam pacaran yang disusun konsisten untuk menyeleksi pasangan hidup ideal bagi remaja ?


b. Apakah pacaran dapat memprediksi keberhasilan remaja dalam menyeleksi pasangan hidup ideal ?

c. Apakah item-item dalam pacaran yang disusun dapat membedakan individu yang memiliki kemungkinan mendapat pasangan hidup ideal dengan yang tidak?

I.c. Tujuan

            Untuk mengetahui apakah pacaran konsisten mengukur kemungkinan remaja mendapatkan pasangan hidup ideal dan dapat membedakan remaja yang tidak mendapatkannya.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

II. a.    Pacaran
II. a. 1. Definisi pacaran

             Menurut sebuah situs yang saya baca ia mendefinisikan pacaran sebagai berikut. Pacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain-jenis yang tetap (yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalah bercintaan dengan kekasih-tetap. Itu definisi bakuKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Unsur-intinya ada dua yaitu ‘bercintaan’ dan ‘kekasih-tetap. ‘pacaran’ yang ditulis dalam situs tersebut dan dikemukakan oleh Muhammad Shodiq berdasarkan

             Definisi lainnya adalah pacaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan menitikberatkan pada aktivitas berkasih sayang yang menuntut satu atau lebih pasangan memperlihatkan perilaku menyenangkan yang diinginkan oleh pasangannya yang lain. (hamzah, 2008).

II. a. 2. Komponen pacaran

             Adapun komponen utama dari pacaran diidentifikasikan sebagai berikut: (1)bertemu di suatu tempat yang telah ditetapkan bersama untuk berkasih-kasihan (2) dilakukan dengan kekasih atau teman lain jenis yang tetap (3) perilaku menyenangkan yang diinginkan oleh pasangannya yang lain.

II. b. Remaja

Karakteristik remaja secara umum menurut Steinberg (1999), yaitu:

1.      Aspek Biologis.  Pubertas, yakni perubahan penampilan reamaja secara fisik (seperti pertumbuhan dada pada perempuan, pertumbuhan rambut pada wajah laki-laki, dan peningkatan berat tubuh secara dramatis pada perempuan ataupun laki-laki)

2.      Aspek Kognitif. Kemampuan berpikir yang lebih canggih dari sebelumnya (masa kanak-kanak). Seperti: berpikir tentang hypothetical situation, konsep abstrak.

3.      Aspek Sosial. Perubahan status sosial dalam hubungannnya di rumah, sekolah, dan dalam peer group.

II. c. Teori Penyusunan Tes
II. c. 1 Validitas

             Validitas tes berhubungan dengan apa yang diukur dan seberapa baik tes tersebut mengukur konstruk yang diinginkan tersebut. Seluruh mekanisme untuk menentukan validitas tes mempunyai hubungan dengan performa dalam tes dan hasil observasi yang dilakukan terhadap tingkah laku tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan kriteria yang dapat dijadikan acuan atau perbandingan (Anastasi dan Urbina, 1997).

             Hubungan antara skor tes dengan kriteria disebut dengan koefisien validitas. Validitas menampilkan sejauh mana tes tersebut mengukur konstruk yang ingin diukur. Berdasarkan tujuan penggunaan tes, terdapat tiga macam validitas; yaitu content description, criterion prediction, dan construct validation.

II. c. 2. Reliabilitas
           Reliabilitas merujuk pada ketepatan, kebergantungan, konsistensi, atau repeatability (dapat diulang) hasil tes (Kaplan dan Saccuzzo, 1997). Reliabilitas adalah konsistensi dari skor yang didapat oleh orang yang sama ketika individu tersebut melakukan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan serangkaian tes berbeda tapi dengan item yang ekivalen, atau dilakukan di bawah variabel-variabel kondisi pengujian yang lainnya (Anastasi dan Urbina, 1997).

II. c. 4. Analisis Item

             Ada dua jenis analisis item yang dilakukan dalam pendekatan kuantitatif, yaitu analisis kesukaran item (item difficulty analysis) dan analisis daya beda item (item discrimination analysis).

------------------------------------------------
             Untuk saat ini nampaknya cukup. Terlalu panjang takutnya gak sempat dibaca juga nantinya. Lagipula lagi males nerusin. Ada yang berminat meneruskan??mungkin fakta-faktanya sekalian. Bisa Valid, Reliabel. Atau mungkin sama sekali tidak valid dan reliabel?? kira-kira apa ya hasilnya?

Saturday 20 December 2008

Teori Konspirasi atau Setting-an

Sewaktu dulu menjadi MABA. Tak pernah terpikirkan sama sekali bahwa momen di hari terakhir PSAU, Class Consolidation, merupakan sebuah skenario yang direncanakan. Nampaknya skenario itu berhasil mengelabui maba atau mungkin hanya saya. Yang nampaknya begitu polos sehingga menilai kejadian tersebut apa adanya. Dimana secara garis besar, saat itu para senior berupaya menggugah rasa kebersamaan MABA dengan membuat kekacauan dan keributan yang diharapkan membangun kesolidan dari maba, seperti itulah singkatnya. Ketika itu belum ada sama sekali skema di otak saya bahwa kejadian itu merupakan sebuah rekayasa yang dirancang untuk tujuan tertentu. Merujuk kepada Kolb serupa dengan structured experience-nya. 

Menariknya adalah kejadian itu sedikit banyak membangun skema kognitif saya. Bahwasanya dunia ini tak selalu dapat dimaknai hitam putih. Ada banyak kemungkinan yang dapat dimaknai dari sebuah peristiwa. Yang terlihat tak selalu seperti apa yang dipersepsi. Slogan seeing is believing nampaknya bukan menjadi premis umum dalam hal ini. Walaupun sebuah peristiwa terlihat seperti apa yang kita lihat, namun mungkin saja itu hanya sebuah skenario dari satu frase yang disebut konspirasi.

Konspirasi atau selanjutnya kita sebut saja teori persekongkolan adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Sehingga tak lain dan tak bukan ada sebuah kekuatan tersembunyi yang mengendalikan sebuah peristiwa agar dipersepsikan sama sesuai keinginan mereka. Bila dikaitkan dengan class consiladation PSAU mungkin agak-agak mirip.

Nah, berlanjut lagi. menindak lanjuti berbagai peristiwa akhir-akhir ini yang sempat terekam dalam memory saya, saya pun berpikiran, mungkinkah teori konspirasi bermain di dalamnya?. Ada dua peristiwa sejauh pengamatan saya. Pertama isu BHP (badan hukum pendidikan) dan kedua adalah hiburan lempar sepatu dari Muntazer Al Zaidi wartawan stasiun TV Al Baghdadiya.

Untuk yang pertama, ini murni hanya aksi berpikir nyeleneh dari saya. Karena berpikir bahwa sulit saja membayangkan bahwa ada dua penyikapan yang berbeda. Satu sisi ada yang berteriak lantang menolak. Bergerak berdasarkan kondisi faktual yang ada. Dan di lain sisi ada yang mengangguk bijak tanda sepakat dengan RUU BHP. Padahal keduanya berasal dari entitas yang sama bernama rakyat. Itu berbicara idealnya. Berbicara sedikit konspiratif, keduanya pun saya yakin dikoordinasikan oleh satu kekuatan kebaikan yang saya yakin sebagian besar sama. Bagi yang bersama saya dalam gerakan ini pasti tahu apa yang saya maksudkan. Sehingga saya melihat seperti adegan dagelan ketika kedua kelompok ini bertentangan mempertahankan pendapat masing-masing. Jadi Intinya hendak seperti apa dan mau dibawa kemana?

Yang kedua, hampir sama sebenarnya. tapi mungkin agak sedikit besar cakupannya. Saya berpikir mungkin saja Al Muntazher dirancang untuk memberangus pers di Irak. Sehingga ada sebuah alasan bagi pemerintahan Al Maliki untuk mengintervensi pers disana. Mengandalkan alasan keamanan dan stabilitas negara, mempreteli pers disana sehingga tak punya taji untuk memberitakan kebenaran.

Kembali, seperti yang sudah saya tuliskan di atas. Teori Konpiratif sifatnya adalah dugaan dan penjelasan yang tak dibatasi lingkupnya. Sehingga setiap orang bebas mengungkapkan pendapatnya sepanjang dapat menjelaskan dengan fakta dan data yang kuat. Sama halnya dengan tulisan ini, mungkin bedanya minus fakta dan data yang akurat. Jadi jangan terlalu serius lah membaca tulisan ini. Yang hanya sekedar mewacanakan sebuah perspektif baru yang mungkin tak biasa..hehe..



Wednesday 10 December 2008

In God We Trust ; All Others Must Use Data



Kalau anda mencermati mata uang US alias koin dan kertas Dollar Amerika Serikat, pastinya anda akan menemukan hal menarik disana. Karena di sana tertulis sebuah kalimat yang menjadi moto resmi pemerintah Amerika Serikat. Terlepas dari pelaksanaan dan mungkin saja ketidak singkronan antara moto tersebut dengan kenyataan kini. Tapi sekali lagi saya mengapresiasi kalimat itu. In God We Trust.

Kepada tuhan kami percaya. Sebuah pernyataan yang menurut saya menunjukkan ketawakalan dan ketauhidan tingkat tinggi. Dimana segala hal kita tambatkan padaNya. Keluh-kesah, senang-sedih, canda-tawa bermuara padaNya. Mengharapkan yang terbaik darinya. Betapa menariknya bila Amerika benar-benar menunjukkan sikap seperti itu. sehingga nanti setidaknya Amerika dapat sedikit meninggalkan nilai-nilai materialis yang menjangkitinya selama ini. Dan dapat menjadi rahmatan lil alamin (loh??).

Omong-omong, saya pun berpikir bahwa kalimat tersebut kurang lengkap dan perlu ditambahkan sebuah kalimat lagi. Berhubung saat ini kita berada di zaman digital yang membuat akses terhadap informasi sangatlah mudah. Maka segala hal merujuk pada evidenc atau bukti. Sehingga zaman ini selain disebut sebagai zaman digital pantaslah nampaknya disebut sebagai based evidence and power information era. oleh karena itu saya pun berasumsi kalimat penambah itu adalah kata-kata All others must use data.

In God We Trust; All Others Must Use Data. Hanya kepada tuhan kami percaya. Apapun yang datang darinya kami siap menjalankannya. Segalanya kami serahkan padanya dan kepadaNya lah kami kembali. Selebihnya siapkan bukti dan informasi yang kuat. Karena tak ada satupun yang dapat dipercaya selain yang punya data. Apapun itu, Bukti tertulis, lisan, tulisan atau apapun itu. Dan tentunya DIA pusat segala data.

Hanya kepadaNyalah kami percaya....In God We Trust...and All Others Must Use Data.

*diselaselaKAUPdanPELATIHANyangmenggila,semogamenyejukkanhati*

Wednesday 3 December 2008

Nama menciptakan Maknanya..

What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.
William Shakespeare

Kalaulah para eksistensialis istiqomah pada prinsip mereka. Hampir dapat dipastikan mereka sepakat dengan pendapat saya. Bahwasanya labelling mendahului meaning. Nama mendahului makna. Sama halnya dengan eksistensi mendahului esensi


Contohnya begini, apa yang menyebabkan air dikatakan air dan tidak dikatakan lembut? ataupun fleksibel? ataupun apalah namanya itu sesuai dengan sifat yang dimilikinya. Dan mengapa pohon disebut pohon padahal secara esensi mungkin saja tak ada hubungannya dengan karakter dan sifatnya. Po- Hon, apa hubungannya dengan makhluk bertubuh keras dengan lembaran-lembaran hijau di puncak tubuhnya?. Begitupun manusia, kenapa ia harus dipanggil manusia dan tidak dipanggil batu, kaki, atau yang lainnya?. Sehingga selanjutnya memunculkan pertanyaan besar, mengapa segala sesuatu harus dinamakan seperti sekarang ini??. Masih bingung? Mari kita sejenak membahas tentang konsep yang sedikit banyak terkait dengan hal ini

Nama terkait erat dengan konsep. dimana konsep merupakan sebuah bentuk representasi dan simplifikasi simbol-simbol elemen kehidupan. Sehingga setidaknya bila telah terbentuk sebuah konsep dalam pikiran manusia, ia telah mampu mengaitkan segala hal yang terjadi padanya dengan konsep yang telah ia miliki. Memang agak rancu dan terkesan overlapping dengan pengertian analogi. Tapi yang harus ditekankan disini adalah nama menjadi point penting pada pembentukan konsep ataupun makna itu sendiri. Dimana konsep takkan terbentuk bila tak ada nama sebelumnya. Eksistensi yang melampaui esensinya.

Segarkan ingatan kita tentang kehidupan nabi Adam di surga. Ketika ia diminta oleh Alloh menamakan setiap makhluk yang ada di sana. Apakah Adam melihat sifat dari makhluk itu terlebih dulu ataukah menamakan dulu baru selanjutnya makna akan muncul dengan sendirinya?. Nampaknya menurut saya adam sekedar menamakan saja tanpa (mungkin) mempertimbangkan sifat dan makna yang bisa saja melekat pada makhluk tersebut.

Sehingga menurut saya nama yang menciptakan makna. dan bukannya makna yang menciptakan nama. Karena segala sesuatu tak selalu membutuhkan makna terlebih dulu untuk dinamakan. karena kalau saja setiap hal diperlakukan begitu, tentunya kini tak ada nama-nama besar yang mewarnai dunia. nama-nama semacam Ibrohim, Ismail, Umar, Abubakar dan lainnya yang sudah memiliki maknanya sendiri.