Monday 28 January 2008

Mari Berbicara mengenai Sejarah (27 januari 1998)

Tanggal 27 januari 2008, bapak H.M Soeharto, menghembuskan nafas terakhirnya. isak tangis dari handai taulan mengiringi kepergian sang jenderal besar. tak terkecuali rakyat indonesia yang telah kehilangan salah satu sosok pemimpin bangsa. bangsa ini berduka dan secara resmi pemerintah menetapkan hari berkabung selama 7 hari untuk menghormati pemimpin orde baru ini.

isak tangis penuh haru tidak selalu mendominasi kepergian sang jenderal. karena tidak sedikit pihak yang berharap agar kasus-kasus yang melibatkan penguasa orde baru ini untuk dituntaskan. kasus-kasus pelanggaran HAM dan kasus-kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme yang sampai saat ini masih belum menemukan titik terang. ditambah lagi munculnya sebuah statement dari presiden yang menawarkan kepada pihak keluarga pak harto untuk menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan beliau diluar pengadilan, menambah buramnya penuntasan kasus yang melibatkan mantan presiden ini.

karena banyak yang berpendapat bahwa kasus-kasus ini tidak dapat diselesaikan diluar pengadilan. bila di luar pengadilan, berarti mengingkari Indonesia sebagai negara hukum (rechstaat). Juga mengingkari Ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 Pasal 4 yang berbunyi, “Upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, keluarga, dan kroninya maupun pihak swasta/konglomerat termasuk mantan presiden Soeharto dengan tetap memperhatikan prinsip praduga tak bersalah dan hak asasi manusia” dan Tap MPR RI No.I/MPR/2003. sehingga tawaran yang diberikan oleh pak SBY untuk menyelesaikan kasus hukum yang melibatkan pak harto di luar pengadilan menjadi sangat aneh.

pro-kontra yang terjadi mengenai pak harto, sang jenderal besar, merupakan sebuah keniscayaan ketika kebaikan dan keburukan bersatu dalam satu sosok. di satu sisi beliau mempunyai jasa yang tidak ternilai bagi bangsa ini, dan disisi yang lain beliau juga turut membawa bangsa ini ke dalam jurang keterpurukan. untuk itu bangsa ini sejenak melupakan kesalahan-kesalahan beliau sejak beliau kembali dirawat di RSPP Pertamina terhitung mulai tanggal 4 januari 2008.

kondisi kesehatan pak harto yang fluktuatif menjadi sajian berita yang selalu menghiasi layar kaca dan media massa indonesia. karena sejak beliau di rawat hingga wafat, beliau beberapa kali mengalami kondisi kritis dan harus dibantu oleh beberapa peralatan medis untuk mendorong kinerja organ beliau yang semakin memburuk.

kondisi beliau yang naik turun mengundang banyak spekulasi. ada yang berpendapat bahwa pak harto akan meninggal dengan tenang bila telah meminta maaf kepada rakyat, ada juga yang mengatakan bahwa pak harto mempunyai "peliharaan jin" sehingga sulit untuk wafat sebelum jin itu keluar(?).

terlepas dari berbagai macam spekulasi. lamanya perawatan yang dilakukan tim medis terhadap mantan presiden soeharto hingga beberapa pekan seolah mengisyaratkan sesuatu. seolah menunggu waktu yang tepat. sebuah peristiwa yang berkaitan dengan masa lalu beliau, tepat sepuluh tahun sebelum beliau meninggal. tanggal 27 Januari 1998.  

tepat sepuluh tahun yang lalu, mantan presiden soeharto membuat suatu kebijakan. beliau membentuk sebuah lembaga baru kala itu yang bernama BPPN, Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Sejak institusi ini dibentuk 27 Januari 1998 cukup banyak dana negara yang lenyap baik ditelan kekuasaan politik maupun bankir-bankir petualang. Karena itu, sangat mendesak dilakukan audit investigasi baik terhadap prosedur penjualan aset berupa gedung-gedung maupun penjualan (divestasi bank yang diambilalih pemerintah) demi reformasi perbankan pasca BPPN (sinar harapan, 2003).

BPPN, yang diciptakan mantan presiden Soeharto 27 Januari 1998 seharusnya sudah dibubarkan pada saat kekuasaan orde baru berakhir 21 Mei 1998. Karena badan ini sebenarnya dirancang menjadi alat kekuasaan dalam bentuk debt collector yang justru memperkaya para pejabat negara. BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang semula dimaksudkan menolong bank-bank yang sudah sekarat dilindas krisis moneter yang dahsyat, disalahgunakan (kustigar, sinar harapan, 2003).

Hingga 31 Desember 1998, sebelum Soeharto lengser jumlah BLBI yang sudah tersalur mencapai 116,5 triliun rupiah. Penarikan kembali dana tersebut menurut teori perbankan, tidak bisa lain, hanya dapat dilakukan oleh Bank Sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) yang independen. Karena utang para obligor ini ditangani oleh institusi nonbank yang menjadi alat kekuasaan, banyak dana yang tercecer dalam proses penagihan, penjualan aset dan divestasi bank-bank.

Adalah tidak logis institusi seperti BPPN yang diciptakan sendiri oleh para pejabat yang justru terlibat dalam penggunaan BLBI bisa berfungsi dan dapat menagih dana tersebut kembali. Tidak kurang dari 47 nama yang disebut penerima dana BLBI antara lain Soeharto sendiri, Soedradjat Djiwandono, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), mantan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad, Fuad Bawazir dan Bambang Subianto (mantan Kepala BPPN 27 Januari 1998-Februari 1998).

Kemudian di antara pemilik dan pejabat bank antara lain tercatat nama Usman Atmajaya dari Bank Danamon, Antony Salim dari BCA, Bob Hasan dari Bank Umum Nasional. Bahkan beberapa anak mantan Presiden Soeharto juga tercatat di antaranya Siti Hardiyanti Rukmana.

 

Nama-nama tersebut sampai sekarang tetap aman dan tidak pernah jadi sasaran tuntutan hukum. Ironisnya lagi, pemerintah di masa transisi malah turut memanjakan bankir-bankir cacat, petualang dan penipu dana publik dan dana negara. Tanpa dikaji dengan cermat bankir mana yang professional dan berpotensi menyehatkan perbankan, pemerintah justru menerbitkan obligasi senilai 437,3 triliun rupiah 31 Oktober 2001 atau sekitar 3 bulan setelah Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi Presiden 23 Juli 2001. Akibatnya tidak saja bank-bank tidak sehat, tetapi negara harus memikul utang obligasi yang nilainya karena beban bunga kini terus membengkak dan menjadi beban yang sangat berat bagi APBN.
Beberapa bank yang sudah didivestasi seperti BCA, kendati sudah dijual sahamnya kepada pihak asing, tapi utang bunga dan pokok obligasi masih tetap jadi beban pemerintah. 

Fenomena ini menunjukkan, bahwa BPPN dalam pelaksanaan tugasnya sampai dibu-barkan, sama sekali tidak difungsikan untuk menyehatkan perbankan. Sangat kontradiktif dengan teori ekonomi menyangkut akibat pemborosan terhadap proses pertumbuhan ekonomi, BPPN justru mengeluarkan tidak kurang dari 6 triliun rupiah ongkos operasional selama 5 tahun. Suatu ongkos mahal yang tidak masuk akal sehat.

Dan dalam waktu lima tahun (1998-2003) para pejabat BPPN berhasil mengantongi kekayaan antara lain menurut catatan 4 September 2002, dimiliki oleh Sumantri Slamet (Wakil Kepala BPPN) sebesar Rp 13,86 miliar, I Putu Gede Ary Suta (Kepala BPPN) Rp 8,81 miliar, Iwan Siregar (mantan Deputi Kepala BPPN) Rp 2,05 miliar, Syafruddin Temenggung (Kepala BPPN) Rp 1,91 miliar rupiah, Chandra Parmana (mantan Deputi Kepala BPPN) Rp 1,61 miliar, Hendy Harjanto, (mantan Deputi Kepala BPPN, Rp 1,60 miliar dan Chris Afianto (mantan Kepala Devisi BPPN) Rp 441,1 juta. Dari cara kerja para pejabat BPPN itu, dikhawatirkan masih banyak kekayaan para pejabat BPPN yang belum terdaftar atau tidak diketahui publik yang perlu diusut.

 Mereka yang harus diperiksa itu adalah para kepala BPPN mulai dari Bambang Subianto (Kepala BPPN 27 Januari 1998- Februari 1998), Iwan Prawiranata (mantan Kepala BPPN Februari 1998-22 Juni 1998, Glenn Jusuf (mantan kepala BPPN 22 Juni 1998-13 Janauri 2000,) Cacuk Sudarjanto (Kepala BPPN 13 Januari 2000-2 Oktober 2000), Edwin Gerungan (mantan Kepala BPPN 2 Oktober 2000-25 Juni 2001), I Putu Gede Ary Suta (Mantan Kepala BPPN 25 Juni 2001-24 April 2002) dan Syafruddin Tumenggung (24 April 2002-27 Februari 2004).

Mereka semua tidak boleh dibiarkan kebal terhadap hukum. Seperti ditegaskan oleh Menteri BUMN Laksamana Sukardi Rabu 28 Januari 2004, kekebalan hukum (indemnity) hanya berlaku dalam kaitan dengan pelaksanan tugas. Misalnya, obligor yang membandel menyerahkan aset atau ingin menuntut BPPN karena aset perusahaannya disita untuk negara. Tetapi mereka yang ternyata terlibat dalam pelanggaran hukum, indemnity tidak berlaku.

Tapi para penegak hukum boleh jadi enggan meriksa mereka. Pertama kemungkinan para pejabat tersebut bisa berkonspirasi dengan para penegak hukum. Kedua, memeriksa kasus-kasus yang begitu kompleks dan menguras energi tanpa imbalan yang besar, para penegak hukum akan bersikap ogah-ogahan. Ketiga, karena BPPN selama ini tidak lebih dari alat politik belaka, maka kekuasaan politik (politik dalam hal ini diartikan sebagai kekuasaan eksekutif) akan lebih dominan membiarkan kasus BPPN ini aman dari tuntutan hukum

Hanya Rp 195 Triliun?

BPPN dengan bangga melaporkan sudah mengembalikan uang negara sebesar Rp 152 triliun. Sisa aset yang belum berhasil dijual tinggal Rp 43 triliun. Ini berarti, bahwa menurut perhitungan BPPN nilai seluruh aset bank-bank yang diambilalih pemerintah hanya sekitar Rp 195 triliun? Padahal dana BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) saja yang dikucurkan rezim Soeharto untuk membantu bank-bank yang sudah sekarat karena para nasabah menarik dananya akibat krisis pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998 sudah mencapai Rp 132,2 triliun.

Sementara obligasi yang diterbitkan pemerintah untuk rekapitalisasi 37 bank mencapai nilai Rp 437,3 triliun. Obligasi tersebut diterbitkan karena BLBI sama sekali tidak digunakan untuk menyehatkan perbankan, tapi justru disunglap menjadi milik pribadi para penguasa politik dan para pejabat bank dan disimpan di luar negeri.

Jangan lupa, nilai semua aset yang diambilalih BPPN tidak kurang dari Rp 600 triliun, atau sekitar separuh dari rata-rata Pendapatan Nasional Bruto (PDB). Berarti sepertiga dari seluruh aset itu telah menguap. Ini merupakan tindakan pelanggaran hukum yang merongrong keuangan negara. Akhirnya dari fenomena BPPN ini dapat ditarik pelajaran berharga, bahwa fungsi seluruh kegiatan perbankan termasuk pengawasan perbankan pasca BPPN harus dikembalikan kepada BI yang independen, sementara BI harus diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang independen pula. (artikel mengenai BPPN sebagian besar dikutip dari situs sinar harapan tahun 2003 yang ditulis oleh kustigar nadeak)

Melihat hal ini, tuhan seperti menunggu waktu yang tepat untuk mencabut nyawa sang jenderal besar. Tepat setelah 10 tahun yang lalu, mantan presiden soeharto membuat lembaga yang menjadikan beliau sebagai koruptor nomor satu versi badan perserikatan bangsa-bangsa. Seperti sebuah peringatan bahwa pada hari ini, 27 januari 2008 dan sepuluh tahun yang lalu, asset bangsa telah tergadai dengan mudahnya.

Sunday 27 January 2008

Refleksi dua masa (Reborn: Laskar pelangi)


teringat kisah yang terukir dalam buku laskar pelangi. Selain sebagai tempat menambang dan mengolah timah, PN timah mempunyai sisi lain dari hakikatnya sebagai sebuah industri pertambangan. PN timah nan gagah perkasa turut membangun sebuah konsep permukiman kelas wahid pada masanya, yang jauh dari angan-angan sebagian besar penduduk belitong.

Sebuah permukiman yang disetiap sudut bangunannya terdapat papan yang bertuliskan “dilarang masuk bagi orang-orang yang tidak mempunyai hak” kira-kira begitulah tulisan di papan tersebut,  sebuah pernyataan kepemilikan. Sehingga tidak heran bila konsep hunian tersebut tidak menyajikan pemandangan penduduk pribumi. Karena penduduk pribumi masih bergelut dengan kesenangan mereka sehari-hari sebagai buruh tambang, nelayan, buruh angkut barang, dan lainnya. 

Konsep inilah yang mungkin “mengilhami” sebuah pengelola permukimam kelas mewah di utara jakarta. Sebuah konsep permukiman yang disebut sebagai sebuah hunian ‘ideal’ bagi anda yang berselara tinggi oleh si pembawa acara dalam iklan tersebut..oh iya , saya lupa memberitahu bahwa kata-kata ideal dan berselera tinggi dalam tulisan ini saya dapatkan dari iklan tersebut. Iklan yang sering muncul setiap siang di beberapa stasiun swasta. Iklan tersebut diisi dengan berbagai kalimat-kalimat “langit”  seperti masterpiece, hunian elegan, konsep hunian ideal, dan kata-kata langit lainnya yang mungkin sebagian penduduk Jakarta yang menontonnya hanya mengangguk-angguk pura-pura mengerti.

Iklan tersebut turut pula menyajikan gambaran aktivitas penghuni permukiman. Anak-anak yang bermain sepeda dengan riang dalam sebuah taman yang ditumbuhi berbagai bunga nan indah, para penghuninya yang berolah raga di pagi hari dengan latar pemandangan pantai nan biru, serta beberapa fasilitas seperti kolam renang, lapangan tennis, dan sekolah dengan standar yang tinggi. Iklan tersebut juga menampilkan landscape permukiman yang berada dalam sebuah daerah tersendiri sehingga menjadikan tempat itu jauh dari ancaman banjir.  
 

Sebuah gambaran yang ironis mengingat di sekitar daerah itu, penduduk utara Jakarta sedang berjuang mencegah banjir pasang masuk ke gubuknya yang rapuh, mengais rezeki dengan mengail ikan setiap malamnya dengan peruntungan yang tak tentu. Anak-anak mereka duduk dibangku sebuah sekolah yang bila hujan turun membuat mereka harus rela menyepi di tempat lain karena genteng sekolah mereka yang bocor. Jauh dari standar sekolah yang layak. 

Teringat kembali akan kisah yang terukir dalam laskar pelangi. PN timah nan gagah perkasa, akhirnya lapuk ditelan kerasnya zaman. Resesi ekonomi dengan jatuhnya harga timah, membuat sebagian besar pekerja baik yang memiliki pangkat tinggi ataupun rendah, mengalami pemecatan sebagai sebuah upaya dari pihak PN timah mengatasi krisis ini. Namun apadaya, hal ini tidak membantuk PN timah untuk bangkit dari krisis. Hingga PN timah serta hunian yang dibangunnya benar-benar lapuk ditelan kerasnya zaman.

Peristiwa ini berlangsung beberapa decade yang lalu. Tak tertutup kemungkinan sebuah pola yang sama akan terjadi pada hunian mewah di utara Jakarta itu. setiap zaman memang mempunyai pola dan ceritanya sendiri, namun bila kita merujuk pada peristiwa-peristiwa sejarah lainnya, kejadian itu dapat berulang bila factor-faktor penyebab munculnya mempunyai ciri yang sama. Untuk itu, akankah kita kembali melihat sebuah drama jatuh bangunnya sebuah masa?, hanya tuhan yang tahu….

 

“Tuhan tahu, tapi ia menunggu” Tolstoy, Filsuf Rusia

Friday 25 January 2008

waaahh...ada mainan baru di asrama....

setelah menunggu lama, akhirnya mainan baru itu datang juga. yah...seharusnya ini telah menjadi bagian dari beasiswa kami. tapi karena keterbatasan di sana-sini, akhirnya mainan baru ini baru bisa muncul.

mainan baru itu sebenernya cuma berupa kabel yang bila dicolokkan ke laptop ato komputer, membuat kami yang memakainya bisa berselancar di dunia maya. yang jadi permasalahan selanjutnya adalah, barang komplenter dari mainan baru ini masih minim, yaitu komputer/laptop/PDA?/blaa...blaa,,,, alhasil, mekanisme survival of the fittest berlaku disini. bagi yang punya laptop, dia dapat dengan leluasa berselancar ria, namun yang gak punya, yah....harus sabar menunggu dengan yang punya barang...sebenernya ada 3 kabel LAN dari mainan baru ini, tapi tetep aja masih kurang. kayaknya...

contohnya seperti saya...setelah berhasil melobi sana-sini, sikut sana-sini(lebay kayaknya...) akhirnya datang juga kesempatan saya...

Nb:ada beberapa orang dibelakang saya yang sekarang lagi menunggu dan ngeliatin saya lagi nulis...

semoga mainan baru ini dapat menambah dinamisasi pergerakan di asrama kami..semoga...

Living with the Giant (selayang pandang santri PPSDMS)

mengutip ungkapan yang disampaikan oleh bang ahadiyat,alumni PPSDMS angkatan 1, living with the giant merupakan perumpaan yang sangat pas untuk mendeskripsikan kehidupanku di asrama. sungguh, ini merupakan sebuah ungkapan yang tak berlebihan dan main-main. meski diriku adalah orang yang "agak" ekspresif (baca:lebay), akan tetapi untuk hal ini, aku mengungkapkannya dengan sebuah untaian kata yang benar-benar mewakili keadaan yang sebenarnya.

iving with the giant, adalah sebuah momen spesial dalam kehidupanku 1 setengah tahun kebelakang. ada sebuah tantangan, motivasi, dan rasa minder, akan tetapi lebih didominasi oleh rasa bahagia saat tinggal bersama para "raksasa" itu. tantangan karena diriku tidak ingin terlalu jauh tertinggal oleh mereka, termotivasi saat mengetahui prestasi apalagi yang mereka gapai, dan yang paling luar biasa adalah kebahagiaan karena diberikan kesempatan oleh Alloh bertemu dan dipersaudarakan oleh orang-orang yang luar biasa dan bervisi besar seperti mereka.

pada awalnya, sekitar 1-4 bulan awal, berbagai hal berkecamuk dalam kepalaku, tuntutan akademis yang berat, dan ditambah dengan kegiatan asrama yang padat, membuatku sedikit kehilangan motivasi dan kepercayaan. motivasi untuk berprestasi dan kepercaan untuk terus mengikuti program ini(PPSDMS). ditambah lagi, banyaknya PKI MALAM(meminjam istilahnya pak arif, pLt ketua regional 1 ppsdms) yang menghembuskan isu-isu yang tidak sedap tentang ppsdms.
contohnya, ada seorang yang bertanya kepadaku, "ppsdms angkatan sebelumnya udah bagus kan? bagus itu karena orang-orangnya yang emang udah bagus dari sononya ato karena pembinaan di sana sih?"untuk hal ini, aku tidak berani langsung menjawab, karena memang, diawal masa pembinaanku saat itu, sangat riskan untuk menjawab hal ini, untuk itu aku hanya menjawab "liat aja nanti, tunggu tanggal mainnya" dengan harapan dan doa yang tulus kepada sang khaliq agar hal ini terwujud.

waktupun berlalu, 18 bulan serasa bagaikan sinar menembus relung-relung kegelapan. sangat cepat. berbagai peristiwa telah kami lewati dengan beragam konsekuensi. dari pergantian supervisor beberapa kali(gak hafal saking banyaknya supervisor yang ganti), dan penggojlokan spiritual dan rasional, yang memunculkan bibit-bibit 'raksasa' dalam asrama ini. bibit ini terus dipupuk hingga mulai terlihat di akhir masa pembinaan kami.

kalau mau di list, ada berbagai macam raksasa dalam asrama ini, dari raksasa akademis, raksasa penulisan, dan raksasa organisatoris. mari kita mulai dari kamar nomor dua dalam daftar list ini, karena kamar nomor satu milik supervisor.

kamar no.2: ozenk dan agung
ozeng sang calon dirut PLN dua dekade mendatang, teman seperjuangan di PKM yang lalu, meski kami berbeda tim. amanahnya sebagai kadep piptek Ikatan mahasiswa elektro, membuat elektro semakin bergerak menuju arah yang lebih baik. sedangkan agung, seorang yang bijak dan teguh memegang prinsipnya, amanahnya sebagai kadep psdm fuki fasilkom, tidak
membuatnya lalai dalam hal akademis, IP-nya yang super besar membuat diriku semakin bersemangat untuk terus berprestasi.

kamar no.3 Harry dan Deni
harry sang ketua DPM UI. merupakan sebuah bukti nyata ketika kekuatan spiritual bersatu dengan semangat pergerakan. satu-satunya orang yang kulihat dalam setiap nafasnya berhembus semangat perbaikan diri dan umat. deni hamdani, salah seorang yang cukup 'menghanyutkan'. meski jarang berbicara dan berwacana, deni menunjukkan tindakan nyata dari kemampuannya sebagai seorang calon sarjana teknik. dengan berbagai penghargaan dari berbagai lomba, deni menunjukkan kinerja yang stabil dan signifikan diantara kami dalam hal pencapaian prestasi akademik. teknik industri patut berbangga mempunyai mahasiswa seperti dia.

kamar no.4 riski dan andy
sebagai mantan sekum bem ft ui, kesibukannya merupakan warna bagi bagi bem ft. meski mempunyai agenda yang padat
dirinya tetap mampu bercengkrama dengan kami semua disertai dengan gelak tawa dan humornya yang khas. andy setiawan, mahasiswa filsafat dan kepala departemen kremas BEM ui ini, mempunyai segudang aktivitas yang sulit untukku membayangkan bagaimana dia mengaturnya. dari aktivitasnya di kirjas, MB, dan lain-lain, dia masih mempunyai waktu untuk mendengarkan cerita dari teman-temannya yang ingin meluapkan perasaan mereka, salah satunya diriku.

kamar no. 5 kosong

kamar no. 6 faisal dan arif
tak cukup seluruh kata untuk menggambarkan sosok faisal. sosok manusia yang dianugerahi tuhan dengan kemampuan mengorganisasikan pemikiran dalam bentuk konsep yang terstruktur dan sistematis. saatku membaca visi dan misinya sebagai calon ketua KSM UI(saat ini telah terpilih), terbayang dibenakku, dirinya duapuluh tahun kemudian. duduk di kursi sebuah gedung berlantai 7 dengan papan nama tertulis "rektor ui". arif raharto, seorang sintesa sejati alias tegal sejati, kecintaannya pada adik-adiknya di sma membuatnya sempat menghilang dari asrama untuk mengurus acara sintesa ini di tegal. namun, hal ini tidak menjadi sebuah hal yang patut dipermasalahkan,
karena ia segera menutupi hal ini dengan kemampuan dirinya dalam berwirausaha yang luar biasa. amanahnya sebagai danus fsi fe ui niscaya akan mengantarnya untuk menggapai impian.

kamar nomor 7 refi dan kamil
refi adalah sosok ideal bagi mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi manapun di indonesia. tidak ada satupun yang kurang dari dirinya(yah,..paling enggak wajahnya gak ngelebihin gw lah...he..he.). aktivitas organisasi? sebagai anggota tim robot ui, mantan ketua ikatan mahasiswa mesin, de el el. aktivitas perkuliahan?IP-nya tak jauh darii 3,6 keatas. beasiswa? hingga saat ini, katanya dia telah bebas finansial alias telah cukup dari sisi finansial. pekerjaan?schlumberger dan toshiba jepang siap merekrut dirinya. kamiluddin, ustadz cinta ini sangat ahli meramu kata-kata, baik dari bahasa indonesia ataupun dari bahasa arab. kontribusinya sebagai ketua departemen ILC salam ui, membuat dirinya semakin kompeten dalam hal meramu kata-kata menjadi untaian mutiara.

kamar nomor 8 dedy dan hasan
dedy adalah sosok yang penuh dedikasi, terutama dalam hal pemberantasan rokok di indonesia. aktivitasnya sebagai salah satu anggota LSM internasional mengenai dampak rokok, membuatnya semakin peduli terhadap nasib orang-orang yang terkena dampak rokok. selain itu amanahnya yang baru sebagai Ketua departemen P dan K Bem UI tidak membuat dirinya kehilangan karakter yang cenderung berterus terang dan apa adanya. hasan,
tak cukup sekedar ucapan terimakasih yang terucap dari diri ini kepada hasan. telah banyak sumbangsih hasan bagi diriku dan teman-teman asrama. karakternya yang mengayomi dan kongkret dalam melayani, membuat dirinya pantas menerima amanah sebagai wakil ketua BEM F.MIPA.

kamar nomor 9 hanum dan zhajang
salah seorang partner diriku dalam berwacana, ide-idenya yang segar tentang perubahan sosial selalu terungkap dalam setiap penelitian yang dilakukannya. sehingga tidak heran dirinya tidak pernah berhenti dalam menggali lebih jauh arti dibalik segala fenomena sosial masyarakat. mantan ketua alhikmah research center ini, merupakan sosok yang tekun dan komitmen dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukannya. zhajang, ahli ekonomi syariah ini tidak pernah berhenti untuk mensyiarkan metode perekonomian islam kepada kami. mantan wakil ketua ziswaf UI ini, telah memberikan sumbangsih nyata bagi kemaslahatan umat khususnya warga sekitar ui dengan amanah yang diembannya ini.

kamar nomor 10 kamarku dan anton
diriku adalah sosok manusia liliput yang siap menjadi raksasa. anton, mantan ketua KSM UI yang paling romantis, novelnya yang berjudul diantara sayap cinta merupakan perpaduan antara novel da vinci code dengan ayat-ayat cinta.

kamar nomor 11 afif dan surya
afif sang ketua DPM fasilkom, selalu membawa keceriaan dan kesegaran di setiap kehadirannya. sosoknya yang bijak dan amanah membuatnya selalu dijadikan referensi dalam setiap aktivitas di asrama. suryanuddin, "bapak" yang satu ini, meskipun kecil, mempunyai cita-cita dan semangat yang besar. hal ini terlihat dari aktivitasnya di beberapa LSM ibukota. kesibukannya tidak membuatnya terlena, target 3,5 tahun sempat ditargetkan dirinya, namun karena ada beberapa dosen FISIP yang membutuhkan kontribusinya, mulailah dia merambah dunia akademis sebagai asdos beberapa mata kuliah

kamar nomor 12 kosong

kamar nomor 13 hans dan edwin
hans, jajaka pangkasep ini asli garut, tak berlebihan memang bila kita menyebut dirinya sebagai pejuang hak asasi anak di garut. karena dirinya bersama keluarga telah mendirikan yayasan yang concern terhadap masalah pendidikan anak. namun, akhir-akhir ini, hans mempunyai sedikit masalah di garut, semoga hans dapat menyelesaikan persoalannya dengan baik. Edwin, ketua BEM UI, psikologi angkatan 2004,..mantan atasanku ketika di MPM. kala di MPM edwin pernah mengatakan bahwa dirinya akan OFF untuk dunia kemahasiswaan selepas MPM, dirinya akan fokus dalam mengelola LSM yang telah dibangunnya bersama teman-teman dari tangerang. namun apa daya, umat membutuhkan dirinya, tanpa hitungan bulan, akhirnya edwin memutuskan untuk maju sebagai calon ketua BEM UI.
sebuah peristiwa yang takkan pernah kulupakan. tak pernah terlintas dalam benakku, edwin akan memimpin BEM UI, karena menurut pandangan pribadiku edwin masih jauh dari sosok ketua BEM yang selama ini kubayangkan(he..he..sorry win). akan tetapi hanya dalam waktu singkat kemampuannya terupgrade, dari masalah orasi hingga pemikiran. melihat hal ini diriku yakin edwin akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini.

kamar nomor 14 adhi dan rahmat
adhi, ketua BEM FISIP UI, sosok yang selalu memberikan solusi yang baik dalam setiap permasalahan kami di asrama.
tutur katanya yang tegas dan jelas serta terstruktur membuat kami memahami sebuah pola yang selama ini kami cari dalam sebuah permasalahan. melihat kemampuannya ini, aku meyakini bahwa adhi akan menjadi calon pemimpin bangsa ini di masa depan. rahmat rhamdani fauzi, seorang calon arsitek dan jagoan dalam hal penulisan khususnya penulisan ilmiah. salah satu momen yang membuatku takjub adalah ketika pada suatu hari rahmat serasa terdesak oleh berbagai macam buku dan jurnal sebagai bahan dalam penulisan ilmiahnya. tulisan itu harus selesai secepatnya sebelum batas waktu yang ditentukan. ia pernah berkata kepada diriku"aduh, gimana nih gar, tinggal sehari lagi padahal ane udah nyoba dari kemarin". akhirnya? rahmat meraih juara satu dalam LKTM teknik 2007,,,luar biasa..

kamar nomor 15 zulfadhli dan rizqi
zulfadli nasution, ketua LDF NURANI FKM, sosok imam diantara kami dikarenakan hafalannya yang banyak dan juga murotalnya yang sangat indah. seorang pemuda yang memiliki wawasan keislaman yang luar biasa. seorang pemuda yang menjadi referensi bagi kami semua mengenai siroh nabi dan sahabat. rizqi, merupakan temanku selain edwin yang berasal dari psikologi, angkatannya sama denganku 2005. salah satu hal yang membuatku kagum terhadap dirinya adalah wawasannya yang sangat luas mengenai biografi tokoh nasional dan internasional serta pengetahuan umum lainnya, sehingga ia bagaikan perpustakaan berjalan diantara kami. tidak heran saat ini ia diamanahi sebagi ketua CAPONE, lembaga yang concern terhadap isu-isu pendidikan.

kamar terakhir nomor 16 safri dan dasril
safri, pemuda yang lahir dan besar di tapanuli selatan, seorang pemuda yang meninggalkan kampungnya untuk menimba ilmu di jakarta. telah 4 tahun lamanya ia tidak pulang ke tapanuli, tuntutan dan harapan orangtua membuat dirinya rela untuk bertahan di jakarta selama 4 tahun tanpa pulang. rindu akan kampung halaman dialihkan safri pada kegiatan-kegiatan akademis dan organisasi. IP-nya yang cukup baik serta pengalaman organisasinya sebagai Ketua departemen PIPTEK BEM FT UI membuat dirinya menjadi sosok pemuda yang kuat. tidak heran bila karakternya yang tegas dan kuat mempengaruhi kami secara tidak langsung. Dasril, Ketua FSI FISIP UI, kemampuannya dalam beretorika membuatnya seringkali terlibat dialog dengan berbagai kalangan, dari mahasiswa di kantin hingga pejabat kampus. hal ini pulalah yang mengantar dirinya sebagai MC dan pembicara dadakan he..he..


fuih...lelah dan bangga ku menulis nama mereka semua. sebenarnya masih ada dua orang lagi kawanku yang belum kusebut, syafril dan andi. dua orang mahasiswa indonesia yang berada di negeri seberang, syafril di jepang dan andi di selandia baru.
ada keinginan dalam hati untuk melihat mereka berhasil merubah bangsa ini. tak hanya menjadi seorang liliput, diriku ingin pula menjadi seperti mereka, raksasa-raksasa yang tidak segan berbuat hal kecil demi sesuatu yang lebih besar, indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Alloh pencipta alam semesta.


setelah vakum cukup lama....

gak kebayang sebelumnya, saya bakal lama vakum buat menulis di blog ini, padahal sebelumnya saya mempunyai semangat buat nulis di blog ini seperti semangatnya seorang ikhwan yang gagah berani menyatroni rumah sang (calon) mertua untuk melamar sang ukhti pujaan hati (too much alias lebay...).
karena jujur aja, gairah menulis akhir-akhir ini cukup rendah(baca:hilang). penyebabnya mungkin dikarenakan beberapa hal...

1. ide yang tak kunjung datang karena jarang berdialektika dengan teman-teman seperjuangan di asrama.
2. disibukkan oleh tugas yang terkadang gak penting juga.(ex. mencatat berapa kali dalam setiap dialog tokoh, bang ai memposisikan dirinya sebagai "pembicara" dalam setiap acara yang dimoderatori dia)
3. konstruksi pemikiran mulai sulit dipetakan, sehingga ketika memulai suatu tulisan, membuat saya kesulitan untuk menentukan arah dan tujuan dari tulisan saya...
sebagai contohnya postingan saya kali ini...(mau dibawa kemana juga belum jelas)

yah..semoga ketiga hal ini tidak terjadi pada saya ataupun pada orang sekitar saya...

untuk itu,,, setidaknya saya mulai menulis kembali untuk melacak jejak pemikiran yang mulai berceceran...